Minggu, 12 Oktober 2008

Buku jadi Gaya Hidup, Itu Perlu!


Dari : Info Galangpress info.galangpress@gmail.com

Mungkinkah buku menjadi gaya hidup (life style)? Jawabannya mantap,
"Ya, bisa!", kata Mardiyanto, editor Galangpress dalam acara
Roundtable PRO 2 RRI Jogja (15/09) yang dipandu Erna dan Luluk.
Saat ini penerbitan buku sedang menggeliat, banyak buku-buku hadir dan
bisa menjadi panduan hidup bagi semua orang. Hadirnya buku-buku how
to, novel religi, dan makin variatifnya pilihan judul buku membuat
pembaca bisa bebas memilih buku.

Ya, dalam kehidupan saat ini me'life style-kan buku bukanlah omong
kosong bak impian di siang bolong. Lihat saja, awalnya minum kopi
hanyalah cara agar tahan dari rasa kantuk, tapi coba sekarang minum
kopi bukan lagi untuk mencegah kantuk tapi juga ajang kumpul-kumpul
dan diskusi, akhirnya minum kopi malah menjadi gaya hidup baru para
mahasiswa dan eksekutif muda.

Jadi, mengapa buku tidak! Setiap hari kita habiskan pulsa dan saban
akhir pekan menyatroni J.Co, KFC, Hoka Hoka Bento, dan sebagainya.
Mengapa kita menyatroni toko-toko buku saja, berburu buku menarik dan
inspiratif. Hal inilah yang mesti ditumbuhkan pada masyarakat,
kesadaran, bahwa ada kekayaan terpendam di dalam sebuah buku. Buku
adalah jendela dunia, dari sebuah buku kita bisa menemukan ide,
gagasan, bahkan bergegas bertindak setelah membacanya. "Jika ada 6
anak saja di sekolah yang setiap minggu sekali mengunjungi toko buku
maupun perpustakaan dan menebarkan virusnya kepada kawannya, bukan
tidak mungkin satu kelas akan keranjingan membaca," kata Mardiyanto.

Sudaryanto, seorang aktifis Forum Lingkar Pena (FLP) Jogja juga yakin
bahwa ke depan dunia kepenulisan dan budaya membaca akan semakin
semarak. Jika semua orang ke mana-mana menenteng buku, pastilah buku
telah menjadi gaya hidup seperti halnya di negara-negara maju.

Plus Bedah Buku

Dalam acara berdurasi 180 menit itu juga diadakan bedah buku dari
penerbit Pustaka Marwa (Galangpress Group) buku berjudul "Tahajud
Energi Sejuta Mukjizat" yang menghadirkan Muhammad Thobroni (penulis).
Dalam buku setebal 155 hlm tersebut M. Thobroni lebih banyak
mengungkapkan kisah menarik di seputar Tahajud, seperti tahajudnya
seorang mahasiswa ketika akan menghadpi ujian, tahajudnya seorang
pengangguran dalam perjuangannya mendapatkan pekerjaan, tahajudnya
seorang yang ingin mencari jodoh, dan sebagainya. "Jadi, buku saya ini
lebih banyak berisi kisah yang menggugah daripada tatacara dan rakaat
shalat tahajud", kata M. Thobroni.

Dalam acara tersebut antusiasme pendengar cukup banyak, terbukti
banyak telepon dan sms yang masuk ke PRO 2. Ke depan menurut Erna dan
Luluk kegiatan semacam bedah buku dan diskusi akan mendapat tempat di
masyarakat. Langkah ini tentu saja untuk membiakkan makin menjamurnya
minat masyarakat kita terhadap budaya gemar membaca. Dan kerja sama
dengan Galangpress akan terus berlanjut. Salut deh ....dan kita tunggu
(mrd)

Salam dahsyat, Galangpress Groups, www.galangpress.com, www.galangpress.wordpress.com

Sabtu, 13 September 2008

Gara-gara Pak Haji Thalib

Oleh Septina Ferniati
Gara-gara Pak Haji Thalib---Fenfen
Si sulung sedang senang-senangnya menghapal ayat-ayat Al-Qur'an. Heboh dan seru banget. Dia hapal beberapa surat yang lumayan panjang, dengan nada suara yang dilagu-laguin, entah lagu apa.

Selain sedang senang ke masjid dan jadi pembaca iqamat, dia juga rupanya punya cita-cita baru; penghapal ayat-ayat Qur'an. Wow, hebat! Untuk ukuran anak delapan tahun, cita-cita itu sungguh dahsyat.

Sayangnya, dia kadang-kadang masih marah, atau ketus, atau bahkan galak, yang bikin saya sebel dan merasa bahwa akhlak minusnya nggak sebanding dengan cita-cita hebatnya. Tapi semoga semua ini hanya proses, yang butuh waktu lama dan panjang, sampai suatu saat hatinya bisa selaras perbuatannya.

Biasa lah, saya kadang ingin dia instan baik, instan sadar, instan sabar, dan instan-instan lainnya, menggantikan galak, ketus, dan marahnya. Tapi seperti seorang temen bilang, "Masak nyuruh si Lalang sabar? Please deh, umurnya harus 25 taun dulu bo'!"

Sudah dua hari belakangan Ilalang suka banget baca surat At-Takatsur. Dia menghapalnya dengan instan. Saya bersyukur lha. Dia baca dengan nada aneh dan khas, seolah sedang melucu. Saya pikir dia baca surat itu sambil berusaha melucu, ingin bikin orang yang mendengarnya tertawa. Ternyata nggak. Dia bilang bacanya memang begitu, dan bukan untuk tujuan melucu. Ketika ditanya dari siapa dia belajar menghapal begitu cepat, dia bilang singkat, "Pak Thalib."

Pak Thalib sesepuh di Panorama, tersohor sebagai orang tua yang rajin ke masjid dan sering jadi imam salat. Dia juga jadi kenalan baik anak saya baru-baru ini, setelah anak saya rajin ke masjid. Dia menyebut anak saya sebagai calon remaja masjid. Kebayang kan akrabnya mereka berdua?

Saya tanya, "Emang Pak Thalib gitu ya baca Qur'annya? Nadanya aneh, naek turun, kayak orang mau tidur terus bangun lagi, tidur, bangun lagi." Anak saya semangat jawab, "Iya, emang gitu. Enak menurut Lalang mah, suka da' dengernya…" Matanya bersinar persis kayak kalau dia mendapatkan keinginannya.

Saya gak mau tanya-tanya lagi. Habis nadanya memang aneh, naik-turun, naik-turun, persis seperti orang yang sedang ngantuk lalu tersentak karena sesuatu hal dan terbangun karena kaget, begitulah pokoknya. Saya kurang sreg anak saya ikut-ikutan nada Pak Thalib itu.

Lalu saya tantang dia bikin nada lagu sendiri. Dia coba berkali-kali, tapi tetap nada Pak Thalib itu yang dominan, lagi dan lagi. Akhirnya dia capek dan bilang, "Udah ah nyari nadanya, Lalang mau kayak Pak Thalib aja baca Qur'annya. Lebih enakeun…"

Ya sudah. Berhari-hari saya dengar dia membaca ayat-ayat Qur'an dengan style baca Pak Thalib, sampai hampir bikin saya be-te. Sambil ngasuh adek, saat masak, atau santai, pokoknya hampir dalam setiap keadaan saya dengar dia baca Qur'an dengan nada naik-turun yang aneh. Apa boleh buat, itu pilihannya. Bahkan karena senang dengan nada Pak Thalib itu, akhirnya dia bisa hapal beberapa surat yang cukup panjang seperti At-Takatsur dan Al Ma'un hanya dalam waktu satu hari saja.

Saya mulai ngeh, anak saya pasti gampang hapal karena dia suka dan merasa klop dengan nada baca Qur'an yang dilagukan Pak Thalib. Dia jadi lebih giat baca dan menghapal ayat gara-gara itu.

Sekarang saya tantang dia untuk membaca arti suratnya. Dia melakukannya dengan sukarela dan tanpa syarat. Dan yang menakjubkan, saat semua orang hampir teler karena kecapean dan kenyang, dia sendirian baca Qur'an dengan artinya ditemani lampu baca 25 watt. Jelas takjub, dia kan agak penakut. Tapi berkat nada lagu baca Pak Thalib, Ilalang jadi jauh lebih berani.

Meskipun dia masih suka nyebelin, atau sengaja memicu pertengkaran dengan adek atau kami, perkembangan baru itu sungguh menyenangkan dan patut dibiarkan. Suami mengomentari, "Ayo Lang, setelah hebat ngapalin ayat, kamu juga brenti ngompol dong. Terus jangan suka marah lagi ya…

Ayo Nikmati Efek Dahsyat Membaca !!!

Oleh Agga Van Danoe
Setelah melakukan shalat dhuhur ke 9 di bulan Ramadhan 1429 H, Hernowo didapuk untuk menyampaikan materi ter”anyar”nya yaitu “Menulislah Agar Dirimu Mulia: Pesan dari Langit”. Buku ke 33 yang ditulisnya ini merupakan serangkaian buku tentang menulis lainnya yang sudah dituliskannya dalam usianya yang sudah memasuki kepala 4 ini.

Meskipun di Bulan Ramadhan, namun saya merasa menjadi salah satu orang yang paling beruntung untuk menyaksikan dan melihat semangatnya yang menggebu-gebu dalam menyampaikan materi yang ia tulis tersebut. Bahkan, sampai sekarang Hernowo Tak pernah berhenti dalam memberikan wawasan kepada setiap orang yang dijumpainya dalam setiap training atau ceramahnya. Ya, materi yang disampaikannya sebagian besar adalah tentang membaca dan menulis.

Dalam pemaparannya Hernowo mengungkapkan tentang pentingnya membaca. Kenapa Penting? Karena banyak orang yang menganggap bahwa kegiatan membaca itu dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan tidak luar biasa, dahsyatnya membaca ini menurutnya jarang disentuh -terutama untuk orang-orang yang awam. Padahal wahyu pertama yang turun dari Allah kepada Rasulullah Saw adalah surat Al-'Alaq, yaitu Iqra.... (Bacalah).

Kalo saja kita sering meluangkan waktu, banyak hal yang dapat dimanfaatkan dengan membaca. Karena banyak sekali buku yang dengan jenis fiksi dan non fiksi (novel, biografi, sains fiction, psikologi, filsafat dll), yang memberikan dan menawarkan sesuatu yang baru. Begitu juga bagi Mas Hernowo. Dalam bukunya ini, beliau banyak menuliskan buku-buku dan para penulis yang mempengaruhinya. Ada Quantum Learning, Laskar Pelangi dgn Andrea Hirata, Harry Potter dgn JK Rowling, Dr. Howard Garrdner dengan teori Multiple Intelliegences, Rhenald Kasali, R.T. Kiyosaki, Stephen R. Covey dll. Ia merasa seperti diajak mengembara ke tempat-tempat yang jauh, dan memiliki banyak sekali kehidupan.

Menurut Edward Coffey -yang saya kutip dari buku membacalah Agar dirimu Mulia-
Kegiatan membaca yang dpt diselenggarakan secara kontinyu dan konsisten dapat menciptakan lapisan penyangga yang melindungi dan mengganti-rugi perubahan otak. Oleh karenanya proses membaca itu dapat menggantikan sel-sel yang mati di dalam otak kita karena tidak pernah dipergunakan, untuk kemudian menjadi sel baru yang lebih hidup.

Ketika Mas Hernowo memberitahukan tentang minat baca di Indonesia yang masih nol persen, salah seorang Audience di Mesjid Bio Farma merasa getir. Ia yang pernah merasakan hidup di Negeri Sakura, terkagum-kagum melihat semangat membaca masyarakat Jepang. Karena setiap hari, setiap saat, setiap orang yang ditemuinya, benar-benar tidak dapat dilepaskan dari buku. Dari mulai anak-anak sampai dengan orang dewasa. Dari mulai mengantri untuk mendapatkan kereta, menunggu panggilan di tempat praktek dokter, sampai dengan menunggu tibanya kereta di tujuan. Setiap orang terlihat bersemangat dalam membaca.

Budaya baca di Indonesia makin tergerus oleh media-media elektronik yang terus menerus menggempur kita. Bahkan dengan terus berkembangnya arus informasi serta teknologi, maka kebanyakan kita belum siap untuk mengantisipasinya. Seperti teknologi televisi misalnya, para pemilik stasiun televisi berlomba-lomba untuk mendapatkan jatah kue iklan untuk masing-masing stasiun tv-nya. Bahkan seringkali, banyak program tayangan mereka yang tidak mendidik. Kita-lah (para orangtua, para pendidik dan yang lainnya) yang harus memiliki filter agar mengalihkan kenikmatan menonton dengan kenikmatan membaca. Karena membaca -menurut mas Hernowo - adalah sebuah keterampilan sebagaimana memasak atau juga menyetir mobil. Dengan membiasakan membaca setiap hari selama 10-15 menit, tentunya kemampuan membaca kita akan terus meningkat.

Akhirnya setiap diri kita dituntut untuk dapat merasakan efek dahsyat dari membaca ini. Dan di dalam buku Membacalah Agar Dirimu Mulia ini, Hernowo memberikan semua informasi yang kita butuhkan tentang membaca. Bahkan saya sendiri merasa sedang kembali di charge untuk mengembalikan kenikmatan-kenikmatan itu agar kembali bersarang di dalam jiwa saya, sehingga dipenuhi oleh gairah-gairah membara.

Rayakanlah Kegiatan Membaca Anda.Berbanggalah Bahwa Diri Anda Telah Menjalankan Kegiatan Yang Mulia Teruslah Membaca. Hernowo. Salam, Agga

Jumat, 12 September 2008

JANGAN BUNUH OBAMA!

Author : Hermawan Aksan, Publisher : Mizan Publishing
• Daftar pembunuhan dan usaha pembunuhan Presiden AS
• Sejarah kekerasan dan rasisme dalam politik AS
• Pembunuhan tokoh-tokoh politik kulit hitam: Martin Luther King, Jr. dan Malcolm X
• Ancaman terhadap tokoh-tokoh kulit hitam yang mencalonkan diri sebagai presiden
Pemilihan Presiden AS 2008 berpeluang menjadi tonggak sejarah. Itu karena kemunculan Barack Obama sebagai kandidat kuat presiden. Jika Obama—campuran kulit hitam-kulit putih—terpilih, untuk pertama kalinya Amerika Serikat memiliki presiden kulit berwarna. Terlebih, kekhawatiran akan upaya pembunuhannya telah muncul.

Namun, belum lagi dia terpilih, kekhawatiran akan upaya pembunuhannya telah muncul.

Banyak kelompok dengan terang-terangan menunjukkan permusuhannya terhadap Obama: kaum rasis kulit putih, lobi Israel, kelompok neokonservatif, dan Kristen sayap kanan. Nobelis Sastra Doris Lessing pun menyuarakan kekhawatirannya akan nyawa Obama. Pemerintah AS juga memberikan pengawalan agen khusus bagi Obama jauh lebih awal ketimbang calon-calon presiden lainnya.

Akankah kekhawatiran itu terbukti? Apa pun hasilnya, pemilihan presiden kali ini akan menjadi batu ujian bagi pluralisme dan toleransi di AS.

"Jika Obama jadi presiden, hidupnya tak akan bertahan lama."
-- Bernard Hopkins, mantan juara dunia tinju

"Jika Obama terpilih jadi presiden, mereka akan membunuhnya."
-- Doris Lessing, Nobelis Sastra 2007

Negosiasi Politik Menjelang Helat Demokrasi

Oleh Aminuddin Siregar

Kevin Kennedi, penulis buku Negosiasi Yang Eefektif, berpendapat bahwa, negosiasi itu lebih merupakan suatu seni ketimbang ilmu pengetahuan. Sebab setiap orang dapat meningkatkan keterampilannya dalam melakukan negosiasi. Tidak saja untuk mendapatkan solusi, tetapi juga untuk menemukan hasil optimal yang disebut sebagai win-win slution. Hasil menang-menang inilah yang juga diinginkan sebagai puncak tertinggi tujuan sebuah negosiasi apa pun saja.

Benar, bahwa negosiasi, banyak dipraktikkan di dunia usaha dan bisnis. Namun, kini negosiasi tidak saja dikenal dalam dunia bisnis, tetapi juga di dunia politik dan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu tidak mengherankan, jika menjelang helat akbar atau pesta demokrasi 2009 mendatang ini akan terjadi negosiasi politik. Suatau hal yang wajar saja terjadi.

Kalau negosiasi lebih menekankan pada seni, maka sama halnya ketika seseoarang menekuni seni, misalnya seni lukis, seni musik, atau seni tari. Di mana seseorang dituntut agar memiliki daya kreatif dan kemampuan berekspresi. Termasuk penguasaan komunikasi politik. Karena memlalui komuikasi politik itulah warna kepolitikan kian nampak jelas.

Selain itu, seorang negosiator juga memiliki kemampuan menggunakan imajinasi. Ia adalah orang yang boleh dikatakan seorang creator. Apakah itu untuk keperluan politik ataupun bisnis. Umumnya mereka juga adalah orang yang cekatan terampil menggunakan bahasa tubuh. Maksudnya mereka tidak saja menggunakan otak kiri, tetapi juga memanfaatkan untuk masuk dari kanan.

Sehingga, seni bernegosiasi yang ditampilkan tidak terlihat kacau-balau, sumbang, dan semacamnya. Tetapi nampak mulus, rapid an teratur, ritmis, santun dan amat lugas. Keluwesan seperti inilah juga menjadikan politik sebagai seni dari segala yang mungkin. Dalam kaitan itu pula politik nampak kian berirama, dan ketukan tempo yang mengundang hasrat berpolitik.

Sayangnya hasrat itu seringkali diarahkan pada hasrat tertinggi, yakni berkuasa. Kalau ini yang terjadi, maka irama itu menjadi tidak lagi enak didengar. Orang kemudian menaksir-naksir dan membuat sejumlah asumsi dan kalkulasi politik. Akibatnya bisa macam-macam, dan banyak hal terlupakan, seperti lupa kepada kepentingan rakyat yang sesungguhnya.

Begitu juga halnya ketika seseorang melakukan negosiasi politik. Biasanya menjelang helat demokrasi, seperti pemilu 2009 mendatang ini, akan hadir negosiator-negosiator politik, sekurangnya untuk membentuk koalisi. Bila tidak dikatakan untuk meraih sebanyak mungkin suara. Tanpa peduli dengan apa yang telah dijanjikan kepada setiap konstituwen dan rakyat pada umumnya.

Dalam konteks itu negosiator telah mengalihkan model kepolitikan, yang seringkali tidak lagi disenangi orang. Padahal ketika negosiasi politik dilakukan, unsur kreasi politiklah yang perlu dinampakkan dan semua janji dan program politik partai dilaksanakan secara konsisten dan penuh komitmen yang mengikat rakyat.

Tentu saja kita percaya kepada politisi mana pun mengetahui hal itu. Mereka juga orang yang sangat jeli melihat peluang politik untuk bisa tampil. Para pemain politik juga adalah orang yang sangat mampu berempati. Buktinya, mereka tidak saja piawai merangkul lawan politik tetapi juga kompeten untuk berkoalisi secara baik dan benar, hingga mendapat sanjungan dari sana sini.

Namun, tidak sedikit kita jumpai, kalau menjelang pemilu seperti sekarang ini orang tiba-tiba saja jadi negosiator, dan punya kemampuan bernegosiasi. Baik yang secara alami tumbuh maupun lahir dari pengalaman, maupun dimunculkan lewat kaderisasi melalui proses panjang dan waktu cukup lama, kemudian pengalaman itu berkembang dan tumbuh dalam diri seseorang sebagai politisi.

Karena itu keterampilan bernegosiasi bisa lebih berhasil. Kesuksesan itu akhirnya membawa seseorang pada pemahaman dan pengetahuan politik lebih mendalam. Apabila pemahaman politik seseorang terlebih dahulu dikuasai, maka besar kemungkinan dapat menerapkannya, sejalan dengan aturan main yang telah disepakati bersama.

Bahwa, kesepakatan antara dua pihak yang akan bernegosiasi perlu dibangun, sembari melihat kesungguhan dan pengorbanan yang diberikan oleh rakyat banyak untuk mendukung dengan sepenuh hati mereka. Dalam konteks kepentingan rakyat inilah sebenarnya para negosiator politik bersepakat membuat komitmen untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Kedua belah pihak bersepakat mematuhinya segala sesuatu yang berkaitan dengan kepentingan untuk memajukan rakyat dan meningkatkan kesejahteraannya. Karena mereke inilah nantinya yang akan mencadi pemimpin politik dan menjadi wakil mereka di hamper semua siatuasi politik. Itu artinya mereka tidak hanya bicara diparlemen, tetapi juga bicara kepada rakyat.

Untuk menciptakan negosiasi politik yang tepat diperlukan persiapan, karena persiapan ini merupakan kunci sukses dalam bernegosiasi. Persiapan itu antara lain ialah mengetahui sebanyak mungkin tentang lapa yang dibutuhkan rakyat. Termasuk yang dibutuhkan oleh sebuah bangsa yang bernama nation state, yakni negara bangsa.

Dengan demikian partai politik yang bernegosiasi dapat dilihat oleh masyarakat politik sebagai partai politik berkarakter. Partai politik yang demikian kemungkinan besar menjadi sangat diminati dan mendapat dukungan sepenuhnya dari rakyat. Meskipun tentu saja tidak mungkin untuk menyamakan masing-masing ideology partai, yang berbeda satu dengan lainnya.

Namun pengetahuan terhadap karakteristik konstituen sangat diperlukan oleh setiap partai. Termasuk mengetahui bagaimana tingkah laku massa pendukung agar tidak menimbulkan persoalan dikemudian hari.. Dalam kaitan inilah peran negosiator politik menjadi sangat fungsional dalam menumbuhkan demokrasi. Selebihnya. Wallahu’alam


Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial Politik dan Kemasyarakatan
Bekerja Pada Pusdiklat Regional Depdagri Bukittinggi

Kamis, 07 Agustus 2008

Pengembangan Agribisnis

Oleh Aminuddin Siregar

Agribisnis nampaknya tidak cuma sekedar isapan jempol, apabila ditemukan modus baru pengembangan agribisnis ini, dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Akan tetapi problem yang seringkali muncul kepermukaan, justru bukan masalah pengembangan, melainkan seberapa efektif manajemen agribisnis ini telah dilakukan. Sehingga persoalan yang menyangkut daya dukung ekonomi daerah yang berbasis kerakyatan menjadi prioritas..

Itu sebabnya, mengapa perlu dicari modus baru pengembangan agribisnis ini. Di mana agribisnis benar-benar dapat menjadi satu kekuatan bagi daerah dalam menjalankan roda pemerintahan dan mengurus rumah tangganya sendiri. Barulah kemudian makna otonomi daerah, yang berbasis kerakyatan dapat digiring ke arah terciptanya demokratisasi ekonomi. Meskipun demokrasi dianggap tidak selalu bisa memberantas kemiskinan.

Pusat krisis yang dibentuk pemerintah tempo hari itu, nampaknya bertujuan untuk membantu dan mendukung pelaku bisnis dan perdagangan dalam meningkatkan usaha mereka. Bukan saja di tingkat nasional dan regional melainkan juga pada tingkat global. Sebab menurut Menteri Perindustrian dan Perdagangan, yang ketika itu dijabat oleh Rini MS. Soewandi, usaha pengembangan itu difokuskan pada tiga bidang industri, yakni industri tekstil, produk tekstil, dan industri alas kaki, serta industri elektronik.

Dengan dibentuknya pusat krisis industri dan perdagangan ini, diharapkan dapat menyerap tenaga kerja. Sekurangnya dapat mengurangi angka pengangguran yang cenderung meningkat dari hari-kehari. Harapan ini tidak saja untuk memperkuat kembali perekonomian regional tetapi juga dapat mendongkrak laju perekonomian daerah secara lokal, dengan berbasiskan ekonomi kerakyatan.
Sejalan dengan itu Manajemen Pengembangan Agribisnis Berwawasan Lingkungan sangat diperlukan oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Sebab pengembangan agribisnis juga akan dapat dijadikan sebagai kekuatan daya saing disektor perdagangan. Untuk mewujudkan hal Ini, tentu saja diperlukan kesepakatan bersama, konsensus, dan terlebih lagi sangat diperlukan ialah komitmen terhadap pengembangan agribisnis sebagaimana diharapkan.

Persoalannya, apakah pencarian modus baru pengembangan agribisnis ini bisa disepakati, apabila penegakan prinsip-prinsip pemerintahan yang baik dan benar justru dianggap sebagai hambatan? Padahal semua warga masyarakat mesti mengetahui apa yang menjadi kebijakan pemerintah dan secara transparan aspirasi mereka yang disuarakan oleh wakil mereka sepenuhnya didasarkan pada kesesuaian dengan kebutuhan mereka.

Penulis Staf Pengajar pada Pusdiklat Depdagri Regional Bukittinggi. Penggagas Forum Diskusi Komunitas Klub Haus Buku

Senin, 04 Agustus 2008

Menyambut Kenduri Demokrasi 2009

Oleh Aminuddin Siregar
Kini demokrasi diyakini sebagai cara terbaik dalam melakukan berbagai persambungan sosial-politik. Baik dalam konteks persambungan pemerintah dengan masyarakat, maupun dalam konteks Negara-bangsa. Persmbungan-persambungan kultural, politik, dan persambungan-persambungan sosial kemasyarakatan lainnya.

Silaturrahmi politik, suka tidak suka, mau tidak mau dilihat sebagai kegiatan dari bentuk kepentingan semata dari apa yang menjadi hasil dari sebuah pesta demokrasi. Ketika pemerintah mulai mempertaruhkan segala potensinya untuk membangun kesejahteraan rakyat. Partai politik muncul berduyun-duyun.

Kenduri demokrasi 2009, memang harus disambut semeriah mungkin bukan saja karena pesta seperti itu harus terjadi, melainkan karena kenduri itu merupakan momentum mengatur kembali bagaimana strategi mengurus rakyat yang baik dan benar Termasuk mengatur kembali fungsi-fungsi pemerintahan mulai dari pemerintah desa hingga pemerintah pusat. Dalam kaitan ini mesti muncul kepedulian terhadap nasib rakyat, yang pasti membutuhkan komitmen dan integritas. Bukan saja oleh pemerintah melainkan juga oleh institusi politik yang ada.

Keduri demokrasi selalu mendapat perhatian banyak orang. Tidak saja oleh kalangan politisi, birokrasi, kaum profesional, tokoh masyarakat dan organisasi politik, serta kelompok kepentingan lainnya. Tetapi juga oleh hampir seluruh lapisan masyarakat politik. Perhatian itu wajar, terutama menjelang kenduri demokrasi yang tinggal beberapa bulan lagi.

Karena itu, harus berani jujur untuk menyelamatkan kenduri demokrasi terhadap munculnya distorsi terhadap jalannya proses politik. Terutama yang menyangkut pengadaan dan pendistribusian kelengkapan kenduri. Khususnya menyangkut proses penghitungan kertas suara. Itu sebabnya, kenduri demokrasi ini dilihat sebagai momen penting membangun kembali semua elemen masyarakat politik untuk berani jujur dan peduli terhadap sesama komunitas politik meski beda satu sama lain.

Penulis Staf Pengajar Pusdiklat Depdagri Regional Bukittinggi. Penggagas forum diskusi Komunitas Klub Haus Buku.

Million-selling opening for vampire series finale

Monday August 4, 9:12 PM
Million-selling opening for vampire series finale
Harry Potter is still king, but the final book of Stephenie Meyer's "Twilight" series did manage a million-selling debut.

"Breaking Dawn," the fourth of Meyer's sensational teen vampire series, sold 1.3 million copies in the first 24 hours after its midnight, Aug. 2 release. Publisher Little, Brown Books for Young Readers announced Monday that it has gone back for 500,000 more copies, making the total print run 3.7 million.

The numbers for "Breaking Dawn" are comparable to the openings of a pair of famous memoirs: former President Clinton's "My Life" and Sen. Hillary Rodham Clinton's "Living History." But they don't approach the unveiling of "Harry Potter and the Deathly Hallows." The seventh and final volume of J.K. Rowling's fantasy series sold 8.3 million copies in its first 24 hours in the United States alone.

Sumber : Yahoo! Asia News

Jumat, 04 Juli 2008

Kamasutra Arab


"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kenikmatan terbesar bagi laki-laki di kemaluan perempuan dan menjadikan kenikmatan terbesar bagi perempuan di kemaluan laki-laki."

Itulah kalimat pembuka dari Syekh al-Nafzawi, ulama Tunisia abad ke-16, dalam Al-Rawdh al-'Athir fi Nuzhat al-Khathir (The Parfumed Garden/La Prairie Parfumee). Buku legendaris yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa ini menyuguhkan bimbingan seks yang padat dan lengkap.

Bercinta menurut Syekh al-Nafzawi tak hanya butuh kebugaran fisik, tapi juga pengetahuan dan teknik. Tak sedikit orang kurang OK, atau malah KO, saat “bertanding” lantaran tidak mengenal karakter lawan, titik rangsang, dan kondisi yang baik untuk berhubungan.

Buku ini menyajikan informasi berharga bagi siapa saja yang mengimpikan kebahagiaan dalam biduk rumah tangga. Di tangan sang ahli, pembahasannya mengalir runtut seperti alur kehidupan anak manusia.

Mula-mula kita diajak menelisik apa yang disukai laki-laki dari perempuan dan sebaliknya. Lalu, kita diajak menyingkap soal organ seksual, tata cara bersanggama, daya tarik seksual, kemandulan, dan seterusnya. Buku ini juga dilengkapi tips dan trik, mulai dari memperbesar zakar hingga khasiat-rahasia kuning telur. Semoga kehadiran buku ini mampu memenetrasikan semangat baru untuk “bertempur pantang kendur”.

Hanya untuk Dewasa

The Power of Resilient Mindset


Panduan Menjadi Pribadi Tahan banting dan Penuh Daya Lenting
Mengapa sebagian orang mampu mengatasi impitan hidup dengan mudah sedangkan sebagian lainnya terbelenggu pada hal-hal sepele? Faktor apa saja yang membuat sebagian orang dapat segera bangkit dari kemalangan, sementara sebagian lainnya merana tanpa pertolongan dan harapan? Kekuatan batin seperti apakah yang sehari-hari dipancarkan oleh mereka yang kita juluki tangguh, ulet, bermental baja, atau tahan banting? Temukan jawaban inspiratifnya dalam buku ini.

Seperti karet dan busa, orang-orang tangguh punya daya tahan terhadap tekanan. Mereka punya kemampuan untuk segera kembali ke kepribadian semula begitu beban tiada. Mereka punya daya lenting! Karakter penting ini selalu hadir saat mereka menghadapi impitan masalah, ledakan musibah, atau tantangan dalam berprestasi.

Buku ini menyajikan intisari konsep daya lenting dan cara mengembangkan serta memperkuatnya. Menurut Dr. Brooks dan Dr. Goldstein, mindset berdaya lenting sangatlah membantu dalam setiap aspek kehidupan. Mindset ini memberi kita dasar kekuatan emosional dalam menghadapi tantangan rutin maupun masalah mendadak. Mindset ini pula yang menahan kita agar tak tenggelam dalam stres dan ketidakpuasan.

Dilengkapi dengan banyak sekali kisah nyata, kiat praktis, latihan, dan lampiran tentang prinsip-prinsip resilient mindset, buku ini niscaya sangat berguna bagi Anda. Ulasan-ulasannya bisa membantu Anda menghindari sabotase secara personal dan profesional terhadap diri sendiri. Panduan praktisnya dapat memudahkan Anda menerobos rintangan-rintangan psikologis kala menjemput kesuksesan dan kebahagiaan. Dan, keseluruhan isi buku ini hendak menobatkan Anda sebagai pemilik ciri-ciri utama dari mindset berdaya lenting:

* merasa mampu mengendalikan kehidupan,
* mengetahui cara membangun benteng “anti-stres”,
* efektif dalam berkomunikasi dan punya banyak kecakapan antarpribadi lainnya,
* menetapkan tujuan dan ekspektasi yang realistis,
* belajar dari kesuksesan maupun kegagalan, dan
* merasa istimewa (bukan egois) seraya membantu orang lain untuk merasakan hal yang sama.

Buku Murah Peduli Umat


Jakarta – Kenaikan harga BBM membuat sejumlah penerbit buku kesulitan menentukan harga jual buku. Pasalnya, semua bahan baku pembuatan buku, terutama kertas ikut naik drastis sampai 30 % lebih. Namun, tidak demikian halnya dengan Penerbit Pena Pundi Aksara. Pada event Pesta Buku Jakarta 2008 yang digelar dari tanggal 28 Juni s/d 6 Juli di Istora Senayan ini, Penerbit Pena Pundi Aksara justru meluncurkan buku murah peduli umat.

" Kami akan menerbitkan paket buku peduli umat untuk buku-buku best seller Pena," ungkap Muhaeroni, Direktur Pemasaran Pena. Langkah itu,menurutnya dalam rangka memberikan kesempatan kepada khalayak secara lebih luas untuk menikmati buku-buku bermutu tanpa mengganggu kantong konsumen yang saat ini sedang dibingungkan dengan kenaikan harga semua jenis kebutuhan pokok.

Untuk mengawali program buku peduli umat ini, Pena akan meluncurkan edisi murah buku best seller Khadijah: The True Love Story of Muhammad . "Meskipun murah, kualitas dan mutu produk tidak jauh berbeda dengan edisi ekslusifnya. Dan ini, kami lakukan untuk mendorong munculnya kesadaran karena pentingnya buku ini bagi umat," imbuh Muhaeroni.

Hingga saat ini, Buku Khadijah memang cukup fenomenal pemasarannya. Buku yang terbit perdana pada awal 2007 tersebut sudah terjual 150 ribu eksemplar. "Ini cukup spektakuler, karena ternyata buku yang awalnya dirasa berat ini justru menarik minat dan apreasiasi banyak kalangan, terutama kaum wanita Indonesia," terang Guntur Ramadhan, manager pemasaran Penerbit Pena.

Terbukti, menurut Guntur, sejumlah artis kenamaan seperti Zaskia Adya Mecca, mengaku sangat kepincut dan terinspirasi dengan buku ini. "Dalam beberapa bedah buku yang kami adakan, Zaskia yang kami percaya untuk membedah buku ini terlihat sangat enjoy dan betul-betul menghayati isi buku tersebut," imbuh Guntur.

Melihat besarnya minat konsumen terhadap buku ini, Pena pun ingin berbagi dengan semua kalangan, yaitu dengan menerbitkannya dalam dua edisi; edisi eksklusif dan edisi buku peduli umat yang lebih murah dan terjangkau masyarakat luas. (prpena)

Kisah Sang Pemuja Peri Asmara


Hernadi Tanzil
Inilah mahakarya kontroversial dari Vladimir Nobakov (1899-1977), penulis kelahiran Rusia yang kemudian menetap di Amerika Serikat. Walau telah diakui sebagai salah satu karya sastra klasik dunia, novel ini sempat dilarang beredar dan ditolak oleh beberapa penerbit Amerika karena tema dan isinya dianggap tidak senonoh dan melanggar standar moral masyarakat pada zaman itu.

Novel ini diterbitkan untuk pertama kalinya dalam bahasa Prancis oleh Olympia Perss, pada 15 Sept 1955. Olympia Perss adalah penerbit yang biasa menerbitkan buku-buku serius dan beberapa buku “dewasa”. Di negara itu novel ini seketika menjadi best seller dan terjual 5.000 kopi. Karena kontroversi yang timbul, pada Desember 1956 pemerintah Prancis melarang peredaran novel ini selama hampir dua tahun lamanya.

Di Amerika Serikat, edisi pertama novel ini diterbitkan dua tahun setelah edisi pertama di Perancis. Penerbitnya G.P. Putnam\'s Sons. Sama seperti di Prancis, novel ini langsung menjadi best seller dan terjual 100 seribu kopi pada tiga minggu pertama setelah diterbitkan.

Apa sebenarnya yang ditulis oleh Nobakov? Novel yang diyakini mengandung elemen-elemen otobiografis Nobakov ini merupakan memoar seorang profesor bernama Humbert Humbert, yang menuliskan petualangan cintanya dengan Lolita. Dalam bab pendahulaun dikisahkan pada saat memornya diterbitkan Humbert tewas dalam tahanan akibat penyakit jantung pada 1952. Memoar yang diberi judul Lolita, atau Pengakuan Seorang Duda ini akhirnya sampai ke tangan seorang editor yang kemudian menerbitkannya dengan judul Lolita. Dari memoar inilah cerita dalam novel ini bergulir.

Humbert Humbert adalah seorang terdidik yang lahir di Paris. Seperti umumnya pria remaja, gairah remajanya dilewatinya dengan menjalin cinta monyet dengan Annabel Leigh. Malangnya cinta Humbert pada Annabel kandas, karena kekasihnya itu meninggal akibat tifus. Menurut pengakuan Humbert, kisah cintanya dengan Annabel itulah yang membuatnya mulai tertarik secara seksual pada gadis-gadis kecil berusia 9-14 tahun yang disebutnya sebagai “peri asmara” (nymphet).

Ketika beranjak dewasa gairahnya pada para peri asmara terus membuncah. Untuk menekan gairah ganjilnya itu, Humbert akhirnya menikah dengan Vallerie, gadis sepantarannya yang menurut dia memiliki gaya dan pesona seorang gadis kecil. Namun rumah tangganya ini tak berlangsung lama. Vallerie menghianatinya dan akhirnya mereka bercerai.

Setelah bercerai, Humbert memutuskan berkelana ke Amerika. Jalan hidupnya menempatkan dirinya tinggal di sebuah pondokan di Ramsdale, New England. Di tempat inilah Humbert terkesiap melihat sosok Lolita, gadis 12 tahun yang merupakan putri Charlote, pemilik pondokan. Humbert yang saat itu berusia 30-an tak kuasa menahan gejolak asmara dan berahinya melihat Dolorez Haze atau Lolita, gadis kecil yang jelas merupakan peri asmara baginya.


Demi mendapatkan cinta dan tubuh Lolita, Humbert rela menikahi Charlote, ibu gadis itu. Sempat terbesit niat jahatnya untuk membunuh Charlote. Namun keberuntungan seolah berpihak padanya. Charlote tewas dalam sebuah kecelakaan. Tanpa banyak menunggu, Lolita yang saat itu sedang mengikuti perkemahan bersama sekolahnya dijemput oleh Humbert dan dibawanya mengelilingi Amerika. Dan dimulailah petualangan cinta terlarang antara ayah dengan anak tirinya.

Novel ini menjadi menarik selain karena tema cinta terlarang antara ayah dan anak tirinya, Nabokov juga dengan deskriptif melukiskan nuansa psikologis tokoh-tokohnya dengan disertai penokohan yang kuat. Humbert yang berkepribadian rumit dan Lolita seorang pecinta kebebasan namun terkadang misterius. Dengan piawai Nabokov menggiring pembacanya untuk memahami kekuatan cinta Humbert terhadap Lolita. Bagaimana keragu-raguannya ketika pertama kali berniat menyentuh tubuh anak tirinya, dan bagaimana Lolita melakukan tarik ulur dalam merespons cinta ayah tirinya.

Sebagian pembaca mungkin akan menganggap novel ini bukan novel yang mudah dimengerti karena Nabokov banyak mengeksplorasi kondisi kejiwaan dan lamunan-lamunan Humbert. Selain itu, novel ini juga banyak menggunakan simbol yang baru akan dimengerti oleh pembacanya setelah melahap habis novel ini hingga lembar terakhir. Namun sebagian pembaca lainnya mungkin justru melihat hal-hal itulah yang menjadikan novel ini mengasyikan untuk dibaca hingga tuntas.

Meskipun tak mudah dicerna, novel ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Agar dapat menikmati novel ini ada baiknya kita membacanya lebih ke pendekatan psikologis dibanding naratif sehingga kita bisa menikmati dan memahami gejolak jiwa Humbert yang sakit.

Menurut Anton Kurnia, penerjemah novel ini yang dikenal sebagai cerpenis sekaligus penerjemah karya-karya sastra dunia, Nabokov memang menulis novelnya ini dengan menggunakan kalimat yang panjang-panjang dan sebagai besar berisi lamunan Humbert yang sakit jiwanya. Untuk itu, Anton tak jarang harus memotong satu kalimat panjang dalam novel ini menjadi dua atau bahkan tiga kalimat agar lebih mudah dan tidak capek membacanya.

Hal itulah yang membuat Anton harus bekerja keras untuk menghadirkan terjemahan yang baik. Menurut pengakuannya, untuk menerjemahkan novel yang dalam edisi bahasa Inggrisnya setebal 300-an halaman ini, ia memerlukan waktu satu tahun. “Ini terjemahan paling sulit dan paling lama yg saya tangani,: ini lebih berat dari les miserables (Victor Hugo),” ungkap Anton. Namun, walau sulit, Anton justru menikmati proses penerjemahannya ini. “Saya suka Lolita, jadi saya ikuti terus liku-likunya.”

Walau novel ini sempat menuai kontroversi, saya sendiri tak melihat ada sesuatu yang berlebihan dalam novel ini. Selain temanya yang tak lazim dalam standar moral masyarakat pada umumnya, rasanya tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Deskripsi pelampiasan gairah Humbert terhadap Lolita saya pikir masih dalam batas-batas keindahan sastrawi, masih kalah dengan beberapa novel-novel lokal yang terkesan lebih berani dalam mengurai adegan percintaan.

Karena kepopulerannya, Lolita sempat dua kali diangkat ke layar lebar (pada 1962 dan 1997). Berbagai pujian dianugerahkan kepada novel ini. BBC mendapuk Lolita sebagai novel terbaik sepanjang masa. Majalah Time menyatakan Lolita adalah salah satu di antara tiga novel paling berpengaruh di dunia.

Modern Library yang beranggotakan sejumlah pengarang, kritikus sastra, dan intelektual ternama, pada 1998 melakukan pemilihan 100 novel terbaik sepanjang abad ke-20 yang ditulis dalam bahasa Inggris. Pemilihan ini disusun berdasarkan peringkat. Lolita masuk ke dalam peringkat keempat di bawah Ullyses (James Joysce), The Great Gatsby (F.Scott Fizgerald), dan A Portrait Of The Artist As a Young Man (James Joyce).

Walau terlambat lebih dari 50 tahun, upaya penerbit untuk menerjemahkan novel ini patut dipuji. Dan lagi apa yang diangkat oleh Nabokov dalam novel ini tampak masih relevan untuk masa kini. Paling tidak, seperti yang ditulis dalam novel ini: “Lolita seharusnya membuat kita semua para orang tua, pekerja sosial, pendidik meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam menunaikan tugas membesarkan generasi yang lebih baik dalam sebuah dunia yang lebih aman” (hlm. 11).

Hernadi Tanzil
Book Blogger dan Book Reviewer
http://bukuygkubaca .blogspot. com
Lebih detil klik Serambi Online

Jerusalem : Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir


Trias Kuncahyono, Kompas

www.inibuku. com - Buku ini tengah menjadi buku laris di toko buku.
Karya Trias Kuncahyono mengungkapkan peran kini dan masa datang,
berdasarkan sejarah dan tafsir kita-kitab suci.

Suatu kenyataan bahwa selama ribuan tahun, Jerusalem merupakan kota
ziarah agama samawi: Yudaisme, Kristen, dan Islam. Mereka berziarah ke
Tembok Ratapan, Gereja Makam Kristus, Masjid Al Aqsha. Tetapi pada
saat bersamaan, kesucian kota Jerusalem dirobek berbagai konflik yang
tak kunjung selesai antara Israel dan Palestina. Bagaimana upaya
penyelesaian damai antara Israel dan Palestina?

Kemudian benarkah Jerusalem akan menjadi kota pengadilan akhir umat
manusia? Benarkah Mesias akan datang kembali melalui Pintu Gerbang
Kerahiman yang kini masih tertutup? Buku ini mengajak Anda kembali ke
sejarah masa lampau sekaligus melihat Jerusalem di akhir zaman.

Dan ... banyak judul-judul buku baru lainnya yang memang benar-benar
baru dari berbagai penerbit, jadi jangan lupa klik buku baru pada saat
Anda singgah di www.inibuku. com.

Terima kasih
www.inibuku. com - toko buku online
Pesan melalui telpon : 021 421-2057 / 021 422-9857

The Mystery of the Quran Secret Power


Penulis: Dr. Khalid bin Abdul Karim Al-Laahim
Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah sebuah kenikmatan. Kenikmatannya tidak bisa dirasakan oleh siapapun kecuali mereka yang telah merasakannya. Karenanya, ketika Rasulullah SAW wafat Ummu Aiman Ra terus berduka dan menangis. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, beliau menjawab, “Aku menangis bukan aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah SWT lebih baik bagi Rasulullah SAW, tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit..”

Begitu besar pengaruh Al-Qur’an yang menghujam ke dalam jiwa dan dada para shahabat. Melalui Al-Qur’an-lah mereka mendapatkan petunjuk yang mulia, dari Al-Qur’an-lah mereka belajar peradaban dunia, dari zaman purba kala hingga dunia ini binasa, dan dengan Al-Qur’an-lah mereka bisa menaklukkan dunia dan menorehkan sejarah emas yang tidak akan pernah dilupakan oleh manusia.

Lantas apa rahasianya? Mereka mengetahui betul isi Al-Qur’an dan kandungannya serta memahami ilmunya dengan benar. Tidaklah berlebihan jika seorang tokoh Barat yang bernama Rainier Gino setelah ke-Islamannya berkata, “Seandainya bukan karena jasa ulama Islam dan para filosufnya, niscaya Barat masih dalam keterpurukan kebodohan dan kegelapannya.”

Buku The Mystery Of The Quran Secret Power yang ada di hadapan Anda sekarang ini akan melejitkan pemahaman dan pengetahuan Anda terhadap Al-Qur’an. Temukan pengaruhnya yang luar biasa pada diri dan kehidupan Anda.

Selamat menikmati!
DAAR AN-NABA'

Rabu, 02 Juli 2008

Daya Gerak Reformasi,


Oleh Aminuddin Siregar
Murtadha Muthahhari, adalah pemikir sistematis. Ia tergolong ahli filsafat sejarah Islam terkemuka. Sehingga tidaklah mengherankan, kalu beliau berusaha menerapkan hampir seluruh pemikirannya tentang kenyataan sosial-politik kontemporer di dasarkan pada filsafat sejarah Islam. Termasuk pemikirannya tenatang gerakan-gerakan reformasi sosial yang terus berkembang di kalangan umat. Tapi, Ia keburu syahid, oleh berondongan timah panas, pada tanggal 2 Mei 1979. Iran berkabung, Ayatullah Khomeini, ketika itu menyatakan, 3 Mei 1979 adalah Hari Berkabung Nasional Iran.

Sebagai mana Al-Ghazali –yang lebih dikenal sebagai Imam Ghazali— melakukan gerakan-gerakan reformasi Islam. Selain mengandung muatan sosial poltik juga mengandung unsur sosial-intelektual. Ini antara lain dapat kita ketahui lewat kayra monumentalnya yang berjudul “Ihya Ulumuddin” (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama), ternyata sangat progresif sifatnya.

Gerakan semacam inilah kemduian yang oleh Muthahhari disebut gerakan merefleksikan reaksi terhadap penjajahan politik, ekonomi dan kultur Barat. Bagi Muthahhari, seorang Muslim mestilah sebagai reformator. Karena perannya sebagai reformator, maka ia adalah seorang penyokong perbaikan. Maksudnya, agar reformasi tidak terlihat jemu, tetapi penuh gairah.

Muthahhari, --dalam bukunya “Gerakan Islam Abad-20”-- mengemukakan bahwa, reformasi berarti memberikan tata aturan atau tata tertib, yang dapat mengarahkan masyarakat ke arah tujuan tertentu. Dari pendapat itu nampak bahwa, tujuan paling sederhana dari reformasi ialah memperbaiki segala sesuatu yang telah rusak, semua yang tidak beraturan, dan karena itu perlu diarahkan kembali agar menjadi lebih teratur dan tertib.

Kalau dalam konteks reformasi yang kini tengah bergulir di Indonesia misalnya. Menjadi sangat relevan untuk dicermati, lantaran sejak kita sepakat melakukan reformasi, sejak itu pula kita telah membuat sejumlah aturan dan berbagai tata tertib dalam berbagai bidang kehidupan. Khususnya dalam bidag politik, memang telah sangat nyata sekali adanya perbaikan. Namun di sektor lain masih terlihat bahwa reformasi, mirip sebuah angan-angan belaka.

Masalhanya, apa yang mesti kita lakukan untuk melawan kecenderungan otoritarianisme, apabila reformasi yang kini tengah kita bangun ditafsirkan sebagai angan-angan yang amat sukar untuk diwujudkan ? Sementara, waktu terus bergulir. Perkembangan politik terus bergerak menuju terbentuknya masyarakat politik yang kian dewasa, cerdas, tanggap dan amat kritis terhadap gerak-gerik elit politik dan aparat yang beberapa waktu lalu, oleh Hasyim Muzadi, diindikasikan mengobral kecemasan, (Rakyat Merdeka, 16-11-03).

Model Otoritarianisme

Hingga hari-hari belakangan ini, kita masih menjumpai model-model otoritarian dalam mengatasi persoalan yang muncul kepermukaan. Arti kata, masih saja terkesan adanya kesewenang-wenangan. Padahal yang dikehendaki oleh reformasi ialah perwujudan dari perbaikan yang telah kita lakukan. Sehingga tidak lagi muncul percakapan miring, kesalahfahaman dan kekacauan, apalagi budaya kekerasan politik.

Dilihat dari perjalanan reformasi yang kini sudah berusia hampir lima tahun. Harusnya kita telah keluar dari lingkaran poltik yang arogan. Bahwa perpolitikan kita tanpa fitnah dan kekerasan. Kita juga mestinya telah lebih lugas dalam berdemokrasi. Lebih santun dalam menyikapi segala sesuatu yang menyangkut aspirasi politik rakyat yang berkembang. Lebih peduli dan responsif terhadap penderitaan rakyat.

Kalau tata aturan yang dianggap kurang bagus, tata tertib yang selama ini belum memadai, maka sulit diharapkan adanya suasana tertib, suasana tenteram, atau kondisi yang lebih kondusif dari sekarang. Atau bisa saja aturannya sudah ada, tetapi tidak ditaati, sehingga menimbulkan pertengkaran, prasangka, dan curiga-mencurigai. Akibatnya tidak pernah ditemukan keseuaian satu dengan lainnya.

Dengan mengadakan reformasi kemungkinan munculnya kekacauan dan fitnah akan dapat dihindari. Sebab di dalam setiap reformasi, selalu lebih menampakkan transparansi perubahan yang terjadi, semauanya akan lebih jelas. Katakanlah misalnya, secara sosial terjadi kerusuhan politik, yang mengakibatkan massa publik tidak terkendali dan menjurus pada tujuan yang kita semua tidak mengiinginkannya. Ini bisa terjadi sebagai akibat dari kurangnya daya gerak reformasi sebagaimana dikehendaki semua pihak dan kalangan.

Kelihatannya, suatu regim politik, meskipun mengaku sebagai pemerintahan konstitusional, tidak dengan serta merta mampu menghalau otoritarianisme. Karena itu, perlu diadakan gerakan-gerakan pembaharuan. Dalam kaitan inilah menurut Muthahhari reformasi diperlukan. Dan ternyata melalui gerakan-gerakan reformasi itulah kebangkitan politik kaum Muslimin menjadi amat penting dan merupakan kebutuhan utama.

Daya Gerak Reformasi

Kalau kebangkitan politik kaum Muslimin memang dapat menciptakan sesuatau keadaan masyarakat lebih baik, maka kembali yang perlu dipikirkan oleh kaum Muslim di dunia politik ialah memperkuat daya gerak reformasi itu sendiri. Sehingga despotisme dari dalam dan imperialisme baru dari luar tidak akan menampakkan wajahnya dalam sistem pemerintahan yang demokrastis, kecuali kalau praktek-praktek budaya kekerasan politik terus dipelihara.

Sebab dengan menguatnya daya gerak reformasi, maka demokrasi akan mampu mengungkap segala hal yang dianggap tidak bermoral dan sejumlah penyimpangan. Itu artinya kebangkitan demokrasi di negeri ini dimaksudkan untuk melenyapkan pembusukan politik yang sudah sekian lamanya. Karena apa yang dianggap orang sebagai hal yang tidak pada tempatnya sudah diperbaiki.

Kerusakan-kerusakan di masa lalu direparasi tuntas, Kita tidak lagi kesulitan untuk memahami keruwetan-keruwetan politik. Setiap warga masyarakat sebagai komunitas politik mendapat kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam percaturan politik, apabila setiap orang sadar secara politik, bahwa ada sejumlah persyaratan, aturan, tata tertib, yang memungkinkan setiap orang untuk bisa menjadi caleg, misalnya, atau mendaftar jadi capres, umpamanya.

Kita mesti menemukan kembali semangat perjuangan. Sebab perjuangan politik itu menurut Muthahhari merupakan kewajiban religius. Itu sebabnya Muthahhari menganjurkan perlunya persatuan Islam untuk menghalau semua yang dibawa oleh kultur yang tidak sesuai dengan budaya dan norma politik masyarakat Indonesia. Nah ! bisakah partai-partai Islam Indonesia bersatu padu, misalnya ? Hanya aktivis parpolah yang mengetahui dan menjawabnya.

Sejalan dengan itu, bila perlu harus melakukan perlawanan terhadap setiap upaya menggerogoti persatuan dan kesatuan kita. Kekuatan yang dimiliki oleh nenek moyang kita, founding father dan para pendiri republik ini memang punya andil besar bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, mestilah dijaga citranya. Sekurang-kurangnya para elit politik atau elit partai tidak menimbulkan kesan yang mengakibatkan kemerosotan Ketahanan Nasional. Mari kita suksekan seluruh rangkaian pemilu mendatang ini. Perlu itu.

Dokumentasi Penulis

Bertukar guru, perluas wawasan

Diperbaharui pada: 10 Mei, 2008 - Published 12:02 GMT
Email kepada teman Versi cetak

Achmad Marzuq
Produser BBC Siaran Indonesia

HFS di Keighley, Inggris Utara
Holy Family School mengajar siswa usia SMP dan SMU
Setelah tiga jam perjalanan kereta api dari London, akhirnya saya tiba di kota kecil Keighley, di West Yorkshire, belahan utara Inggris.

Keithly beberapa dasawarsa lalu adalah salah satu kota industri wool dan katun.

Pada tahun 1960-an, para pengusaha Inggris mengimpor tenaga kerja murah dari Kashmir dan Bangladesh.

Para mantan pekerja migran dan keluarga mereka masih bertahan dan berkembang hingga hari ini ini.

Dan, sebuah masjid tak jauh dari stasiun Keighley seolah menjadi tanda keberadaan mereka.

Laporan dari HFS Keighley

Namun, yang akan kita tuju bukan masjid itu, melainkan sebuah sekolah katholik. Yaitu, Holy Family School (HFS), tempat dua guru Pesantren Darun Najah mengajar dalam rangka pertukaran guru pada bulan April.

Selepas ceramah dan doa bersama, para siswa Holy Family School dengan tertib meninggalkan aula untuk menuju kelas masing-masing. Demikian juga para guru, termasuk Mustofa Hadi Chirzin dan Siti Cholilah dari Pesantren Daru Najah.

Ustadzah Cholilah memperkenal Indonesia di kelas geografi

Pagi itu ibu Cholilah, yang mengenakan jilbab, mengajarkan geografi untuk siswa year seven atau kurang lebih setara dengan kelas 1 SMP di Indonesia.

Topik yang dia pilih mengenalIndonesia.

Dengan alat peraga komputer, dia memperkenalkan keragaman etnis dan agama, kesenian, hingga kekayaan alam serta hidangan khas Indonesia.

Saat sesi tanya-jawab tiba, para murid berebut mengacungkan jari. Begitu dipersilakan, siswa sekolah Katholik ini mengajukan beberapa pertanyaan, yang menggelitik rasa ingin tahu mereka, meski itu mungkin sesuatu yang dianggap lumrah di Indonesia.

Berapa lama siswa Darun Najah belajar setiap hari? Kapan jam pelajaran usai? Dan, apakah mereka mengenakan seragam? Demikian tanya mereka.

Ekspresi penuh keheranan beberapa kali muncul dari para siswa demi mendengar jawaban Ustadzah Kholilah.

Di kelas lain, Pak Mustofa Hadi Chirzin memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa kelas 9, atau setara dengan kelas tiga SMP.

Di penghujung pelajaran yang berlangsung sekitar 50 menit, Pak Mustofa juga mengundang siswa Holy Family School untuk bertanya.

Bagaimana siswa perempuan dan laki-laki Pesantren Darun Najah bisa saling mengenal, kalau kelas mereka dipisahkan berdasarkann jenis kelamin, tanya seorang siswa.

Kerendahan hati

Kehadiran Ustaz Mustofa Chirzin dan Ustadzah Siti Cholilah dari Pesantren Darun Najah di sekolah menengah Katholik di Inggris ini adalah bagian dari pertukaran guru di antara kedua lembaga pendidikan, yang telah berlangsung sekitar dua tahun.

Ustadz Mustofa memperkenalkan bahasa Indonesia di HFS

Bulan November lalu, dua guru Holy Family Catholic School mendapat giliran untuk bertandang ke Pesantren Darun Najah.

Selain mengajar, kedua guru juga mencicipi suasana pesantren selama hampir dua pekan.

Emma McConaghy, yang sehari-hari mengajar sejarah, menuturkan kesannya.

"Ketika saya berkunjung ke Darun Najah saya benar-benar memperoleh wawasan yang berbeda tentang agama Islam," kata Emma McConaghy.

Saya bisa katakan, orang-orang di Darun Najah membuat saya lebih menghormati agama Islam

Emma McConaghy
Guru HFS Keighley

"Saya bisa katakan, orang-orang di Darun Najah membuat saya lebih menghormati agama Islam," tandasnya.

Menurut penuturan Emma, dia ikut tinggal dan tidur di dalam pesantren. "Kami berada di sana 24 jam, bukannya berada di sana dua jam lalu pulang," tuturnya.

"Kami menyaksikan seluruh kegiatan rutin sehari-hari mereka. Kami dengar suara azan pukul 4 pagi," katanya.

"Kami saksikan bocah-bocah pergi ke masjid lima kali sehari. Kami telah merasa ikut menjalani kehidupan mereka," tuturnya.

"Kami sangat terkesan dengan komitmen mereka terhadap agama. Tidak hanya itu, juga juga dengan kerendahan hati yang menyertai komitmen mereka," ujarnya

Dari penuturan ibu guru Emma McConaghy, tidak berlebihan jika disimpulkan pertukaran guru antara Holy Family School di Keighley, Inggris dan Pesantren Darun Najah di Jakarta selatan berhasil menjalin dialog dan meningkatkan saling pengertian.

Manfaat praktis

Ustadz Mustofa Chirzin, yang juga duduk di manajemen Pesantren Darun Najah, mengatakan, lembaganya memetik banyak pelajaran dari tuan rumahnya di Inggris.

Merah putih dan bendera St George berkibar di pelataran HFS

Sebelum bertolak ke Keighley, menurut Mustofa, pengetahuannya tentang Inggris "sangat terbatas".

Ustadz Mustofa mengatakan, sebelumnya dia selalu membayangkan kehidupan sangat berbeda dari yang biasa dia lihat di Indonesia, yaitu semuanya non-muslim.

"Tapi, ternyata, menurut kami dalam praktiknya (kehidupan di sini) sebetulnya adalah Islami. Mungkin bukan Islam, tapi Islami," katanya. "Dalam arti, bagaimana sopan santun sangat dijunjung, kebersihan sangat diperhatikan."

Menurut Mustofa, kerjasama antar lembaga pesantren dan sekolah Katholik ini akan dikembangkan dengan mengintensifkan komunikasi dua arah melalui internet.

Menurut kami dalam praktiknya (kehidupan di sini) sebetulnya adalah Islami. Mungkin bukan Islam, tapi Islami...

Mustofa Chirzin
Ustadz Pesantren Darun Najah

Rekan Ustad Mustofa Chirzin, Ustadzah Siti Cholilah juga melihat manfaat praktis dari hubungan antara kedua lembaga pendidikan, meski keduanya berasal dari latar belakang agama dan budaya yang sangat berbeda.

Salah satunya adalah penggunaan bahasa Inggris di kalangan guru. "Guru-guru menjadi aktif berbahasa (Inggris)," tutur Cholilah.

Bergulirnya pertukaran guru Pesantren Darun Najah dan Holy Family Catholic School ini tentu membuat bangga mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Saat berkunjung ke Jakarta tahun 2006, Tony Blair melontarkan gagasan agar ratusan sekolah di Inggris menjalin kemitraan dengan sekolah di Indonesia, yang saat itu dia sebut "mitra sangat penting" dalam membina saling pengertian antar-umat berbagai agama.

Dan, Holy Family School termasuk salah satu sekolah yang menidaklanjuti gagasan Pak Blair.

Komunitas muslim

Sebagian orang mungkin yang bertanya-tanya mengapa sekolah Katholik Inggris yang satu ini menjalin hubungan dengan komunitas muslim di tempat yang jauh, seperti Pesantren Darun Najah, mengingat kota Keighley sendiri memiliki penduduk muslim yang cukup besar.

Kota kecil Keighley berada di West Yorkshire, Inggris utara
Kota kecil Keighley berada di West Yorkshire, Inggris utara

Manajer spesialis bahasa pada Holy Family Catholic School, Eileen Llewellyn, mengatakan, sekolahnya perlu menjalin kontak dengan komunitas, yang mewakili sosok umat Islam yang berbeda dengan yang selama ini mereka kenal.

"Saya rasa fantastis bahwa sebuah sekolah muslim menjalin hubungan dengan sekolah Katholik, sebab siswa kami bisa belajar banyak dari agama lain," katanya.

Dia menambahkan, agama sangat penting bagi siswa sekolah Katholik seperti HFS. "Dan, sangat bagus bagi mereka untuk melihat atau mendengar budaya yang sama sekali berbeda. Dan, mereka belajar menghormati budaya lain," tuturnya.

Menurut Llewellyn, langkah seperti ini bagus untuk kawasan di West Yorkshire ini, sebab Keighley yang berada di pinggiran Bradford. "Terjadi banyak ketegangan antar-kelompok komunitas tertentu di Bradford," tuturnya

Mengingat, wilayah tersebut juga memiliki ada banyak warga muslim. "Dan, sebagai sekolah Katholik, yang sebagian besar siswanya kulit putih, menghargai budaya lain adalah hal yang bagus," tambahnya.

Komentar siswa

Bagi guru seperti Eileen Llewellyn, gagasan untuk lebih mengenal komunitas muslim di Indonesia lain mungkin lebih mudah dicerna. Tapi, bagaimana dengan para muridnya?
Siswa HFS menikmati istirahat makan siang di halaman sekolah

Salah seorang siswa Holy Family School mengatakan, mereka dulu sama sekali tidak mengenal Indonesia.

Guru mereka, yang pulang dari Darun Najah, memperkenalkan mereka dengan Indonesia.

Murid laki-laki tersebut bahkan bisa memperkenalkan diri dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan, siswi ini mengatakan, dia kerap mendengar nama Indonesia setelah bencana tsunami tahun 2004.

Dan, setelah berkenalan dengan beberapa guru dari pesantren Darun Najah, mereka mengaku mereka kini tertarik untuk menggali lebih banyak informasi.

Dua murid Holy Family School mengatakan, Indonesia negara hebat, seraya mengutarakan minatnya untuk bisa berkunjung ke Indonesia suatu hari kelak.

Dan, seorang murid perempuan HFS berpendapat, mengenal bangsa dan agama lain akan membuat dia lebih memahami bangsa lain.

REFORMASI, MIRIP SEBUAH ANGAN-ANGAN


Oleh Aminuddin Siregar (Penulis Bekerja Pada Pusdiklat Regional Depdagri Bukittinggi)

Isma’il Raj’I Al-Faruqi, --adalah penulis buku “Islam and Cultur”, edisi Indonesia diterbitkan oleh MIZAN, Bandung 1984-- menolak relativisme kultural. Menurutnya kebudayaan Islam bukanlah relativisme kebudayaan, lantaran ia ditujukan bagi semua manusia dan segala zaman. Isma”il Raj’i Al-Faruqi, adalah juga penggagas islamisasi pengetahuan, yang ingin menetapkan relevansi antara Islam dengan seluruh pengetahuan modern.

Tindakan itulah yang oleh Ziauddin Sardar disebut sebagai upaya berlebihan dan tidak dapat membantu mengembangkan epistimologi pragmatis. Tindakan itu lanjut Sardar seperti menempatkan kereta di depan kuda (Sardar, Masa Depan Islam 1987)

Al-Faruqi, memformulasikan kebudayaan sebagai kesadaran akan nilai-nilai dalam kesemestaannya, yang pada tingkat terendah mengandung makna kesadaran intuitif dari setiap nilai (dalam Islam and Cultur). Itu artinya kekuatan intuitif ikut ambil bagian dalam setiap mewujudkan nilai-nilai itu sendiri.

Kalau formulasi ini kita terjemahkan kembali, maka dapat diasumsikan bahwa setiap orang dapat mengakses langsung segala sumber-sumber pengetahuan tanpa melalui campur tangan orang lain. Kewajiban seseorang untuk bisa memperoleh nilai kehidupannya memungkinkan setiap orang mengembangkan kepekaan dengan isyarat perilaku tertentu lantaran intuisi dikategorikan sebagai indikasi dari posisi objektif setiap orang.

Nampaknya, al-Faruki menginginkan perubahan seluruh warisan pengeahuan manusia dari sudut pendidikan Islam, sekaligus menawarkan metodologi dan program tindakan untuk melaksakannya. Ia dianggap sebagai seorang Muslim konservatif. Tetapi Ia juga termasuk eksponen paling berpengaruh dalam upaya mengislamkan sains.

Sebagai mana Al-Ghazali –yang lebih dikenal sebagai Imam Ghazali—melakukan gerakan-gerakan reformasi Islam. Selain mengandung muatan sosial poltik juga mengandung unsur sosial-intelektual. Ini antara lain dapat kita ketahui lewat karya monumentalnya yang berjudul “Ihya Ulumuddin” (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama), ternyata sangat progresif sifatnya.

Gerakan semacam inilah kemudian yang oleh Muthahhari disebut gerakan merefleksikan reaksi terhadap penjajahan politik, ekonomi dan kultur Barat. Bagi Muthahhari, seorang Muslim mestilah sebagai reformator. Karena perannya sebagai reformator, maka ia adalah seorang penyokong perbaikan. Maksudnya, agar reformasi tidak terlihat jemu, tetapi penuh gairah.

Muthahhari, --dalam bukunya “Gerakan Islam Abad-20”-- mengemukakan bahwa, reformasi berarti memberikan tata aturan atau tata tertib, yang dapat mengarahkan masyarakat ke arah tujuan tertentu. Dari pendapat itu nampak bahwa, tujuan paling sederhana dari reformasi ialah memperbaiki segala sesuatu yang telah rusak, semua yang tidak beraturan, dan karena itu perlu diarahkan kembali agar menjadi lebih teratur dan tertib.

Kalau dalam konteks reformasi yang kini tengah bergulir di Indonesia misalnya. Menjadi sangat relevan untuk dicermati, lantaran sejak kita sepakat melakukan reformasi, sejak itu pula kita telah membuat sejumlah aturan dan berbagai tata tertib dalam berbagai bidang kehidupan. Khususnya dalam bidang politik, memang telah sangat nyata sekali adanya perbaikan. Namun di sektor lain masih terlihat bahwa reformasi, mirip sebuah angan-angan belaka.

Masalahnya, apa yang mesti kita lakukan untuk melawan kecenderungan otoritarianisme, apabila reformasi yang kini tengah kita bangun ditafsirkan sebagai angan-angan yang amat sukar untuk diwujudkan ? Sementara, waktu terus bergulir. Perkembangan politik terus bergerak menuju terbentuknya masyarakat politik yang kian dewasa, cerdas, tanggap dan amat kritis terhadap gerak-gerik elit politik dan aparat yang beberapa waktu lalu, oleh Hasyim Muzadi, diindikasikan mengobral kecemasan, (Rakyat Merdeka, 16-11-03).

Model Otoritarianisme

Hingga hari-hari belakangan ini, kita masih menjumpai model-model otoritarian dalam mengatasi persoalan yang muncul kepermukaan. Arti kata, masih saja terkesan adanya kesewenang-wenangan. Padahal yang dikehendaki oleh reformasi ialah perwujudan dari perbaikan yang telah kita lakukan. Sehingga tidak lagi muncul percakapan miring, kesalahfahaman dan kekacauan, apalagi budaya kekerasan politik.

Dilihat dari perjalanan reformasi yang kini sudah berusia hampir lima tahun. Harusnya kita telah keluar dari lingkaran poltik yang arogan. Bahwa perpolitikan kita tanpa fitnah dan kekerasan. Kita juga mestinya telah lebih lugas dalam berdemokrasi. Lebih santun dalam menyikapi segala sesuatu yang menyangkut aspirasi politik rakyat yang berkembang. Lebih peduli dan responsif terhadap penderitaan rakyat.

Kalau tata aturan yang dianggap kurang bagus, tata tertib yang selama ini belum memadai, maka sulit diharapkan adanya suasana tertib, suasana tenteram, atau kondisi yang lebih kondusif dari sekarang. Atau bisa saja aturannya sudah ada, tetapi tidak ditaati, sehingga menimbulkan pertengkaran, prasangka, dan curiga-mencurigai. Akibatnya tidak pernah ditemukan keseuaian satu dengan lainnya.

Dengan mengadakan reformasi kemungkinan munculnya kekacauan dan fitnah akan dapat dihindari. Sebab di dalam setiap reformasi, selalu lebih menampakkan transparansi perubahan yang terjadi, semuanya akan lebih jelas. Katakanlah misalnya, secara sosial terjadi kerusuhan politik, yang mengakibatkan massa publik tidak terkendali dan menjurus pada tujuan yang kita semua tidak mengiinginkannya. Ini bisa terjadi sebagai akibat dari kurangnya daya gerak reformasi sebagaimana dikehendaki semua pihak dan kalangan.

Kelihatannya, suatu regim politik, meskipun mengaku sebagai pemerintahan konstitusional, tidak dengan serta merta mampu menghalau otoritarianisme. Karena itu, perlu diadakan gerakan-gerakan pembaharuan. Dalam kaitan inilah menurut Muthahhari reformasi diperlukan. Dan ternyata melalui gerakan-gerakan reformasi itulah kebangkitan politik kaum Muslimin menjadi amat penting dan merupakan kebutuhan utama.

Daya Gerak Reformasi

Kalau kebangkitan politik kaum Muslimin memang dapat menciptakan sesuatau keadaan masyarakat lebih baik, maka kembali yang perlu dipikirkan oleh kaum Muslim di dunia politik ialah memperkuat daya gerak reformasi itu sendiri. Sehingga despotisme dari dalam dan imperialisme baru dari luar tidak akan menampakkan wajahnya dalam sistem penerintahan yang demokratis, kecuali kalau praktek-praktek budaya kekerasan politik terus dipelihara.

Sebab dengan menguatnya daya gerak reformasi, maka demokrasi akan mampu mengungkap segala hal yang dianggap tidak bermoral dan sejumlah penyimpangan. Itu artinya kebangkitan demokrasi di negeri ini dimaksudkan untuk melenyapkan pembusukan politik yang sudah sekian lamanya. Karena apa yang dianggap orang sebagai hal yang tidak pada tempatnya sudah diperbaiki.

Kerusakan-kerusakan di masa lalu direparasi tuntas, Kita tidak lagi kesulitan untuk memahami keruwetan-keruwetan politik. Setiap warga masyarakat sebagai komunitas politik mendapat kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam percaturan politik, apabila setiap orang sadar secara politik, bahwa ada sejumlah persyaratan, aturan, tata tertib, yang memungkinkan setiap orang untuk bisa menjadi caleg, misalnya, atau mendaftar jadi capres, umpamanya.

Kita mesti menemukan kembali semangat perjuangan. Sebab perjuangan politik itu menurut Muthahhari merupakan kewajiban religius. Itu sebabnya Muthahhari menganjurkan perlunya persatuan Islam untuk menghalau semua yang dibawa oleh kultur yang tidak sesuai dengan budaya dan norma politik masyarakat Indonesia. Nah ! bisakah partai-partai Islam Indonesia bersatu padu, misalnya ? Hanya aktivis parpolah yang mengetahui dan menjawabnya.

Sejalan dengan itu, bila perlu harus melakukan perlawanan terhadap setiap upaya menggerogti persatuan dan kesatuan kita. Kekuatan yang dimiliki oleh nenek moyang kita, founding father dan para pendiri republik ini memang punya andil besar bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, mestilah dijaga citranya. Sekurang-kurangnya para elit politik atau elit partai tidak menimbulkan kesan yang mengakibatkan kemerosotan Ketahanan Nasional. Mari kita suksekan seluruh rangkaian pemilu mendatang ini. Perlu itu.

Larangan Merokok di Bar Belanda

Diperbaharui pada: 01 Juli, 2008 - Published 11:57 GMT

Budaya bersantai di kafe, bar dan restoran umum di Eropa
Belanda menjadi satu lagi negara Eropa yang melarang merokok di bar dan restoran mulai hari ini.

Salah satu gedung bioskop membagikan rokok gratis Senin malam, beberapa jam menjelang larangan itu mulai berlaku.

Akan tetapi para perokok ganja di kafe-kafe ganja, yang dikenal dengan nama coffee shop, tetap dibolehkan merokok mariyuana selama tidak dicampur dengan tembakau.

Michael Veling, seorang pemilik coffee shop dan anggota serikat pengecer ganja di Amsterdam mengatakan, larangan merokok ini sebenarnya adalah kabar baik bagi para perokok ganja.


Kabar baiknya adalah, mereka tetap dibolehkan mengisap marijuana di coffee shop dan di tempat-tempat lain yang tidak dilarang

Michael Veling pengusaha coffe shop

"Mereka tidak dibolehkan merokok tembakau di dalam coffee shop," kata Veling.

"Kabar baiknya adalah, mereka tetap dibolehkan mengisap marijuana di coffee shop dan di tempat-tempat lain yang tidak dilarang," katanya.

Kubu lobi pro-rokok mengatakan, larangan itu akan menyebabkan bisnis mereka berkurang. Tapi, kubu lain mengatakan, berkurangnya bisnis itu akan tertutup oleh bisnis yang dihasilkan dari non-perokok yang semakin banyak keluar rumah.

Kamis, 19 Juni 2008

Pemilu 2009 Peluang Besar Kaum Muda Jadi Presiden

Pemilu 2009 Peluang Besar Kaum Muda Jadi Presiden
Getty ImagesBarack Obama
Kaum Muda Harus Bangkit dan Profesional/KompasTV
Artikel Terkait:
* Kaum Muda Dominasi Calon DPR PDI-P
* Kaukus Muda Golkar: Cukup Sudah JK Memimpin
* Dede Yusuf: Kemenangan Kaum Muda
* Pemimpin Muda Perlu Didorong
* Menpora: Kaum Muda Jangan Lupakan Sejarah

Kamis, 19 Juni 2008 | 20:38 WIB
JAKARTA, KAMIS - Barack Obama, tokoh muda yang maju jadi calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS), terbukti telah menyemangati kaum muda di Indonesia. Pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) tahun 2009, diyakini akan ada kejutan.
Walau sekarang belum disebut-sebut namanya, akan ada kaum muda yang maju mencalonkan diri dan peluang untuk terpilih begitu besar. Kaum muda yang layak jadi pemimpin bangsa itu, tak sekadar muda usia (bawah lima puluh tahun), melainkan harus memenuhi beberapa persyaratan.
Prediksi yang lebih merupakan harapan itu terungkap dalam diskusi politik yang mengusung tema "PKS dan Kepemimpinan Kaum Muda" pada peluncuran majalah Biografi Politik edisi khusus Satu Abad Kebangkitan Nasional, Kamis (19/6) di Jakarta. Acara tersebut menampilkan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (Mennegpora) Adhyaksa Dault, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring, tokoh muda PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko, Pemimpin Redaksi Biografi Politik Yudi Latif, dan Pengamat Politik Khudori.
Adhyaksa Dault, yang menjadi Tokoh Muda Terpopuler hasil survei Reform Institute mengatakan, jika di berbagai kota/kabupaten dan provinsi di Indonesia kaum muda dipercaya masyarakat jadi wali kota/wakil wali kota, bupati/wakil bupati, serta gubernur/wakil gubernur, maka pada Pilpres 2009, kaum muda harus berani maju. Peluang terpilihnya pun cukup besar.
"Kaum muda harus berani melakukan perubahan. Berani berbuat, menyongsong Indonesia yang lebih baik. Jangan mau dan membiarkan reformasi ekonomi, reformasi hukum, dan reformasi sosial-budaya menjadi slogan-slogan yang membusuk. Jangan mau hukum menjadi alat kejahatan yang terorganisir dan sistematis. Jangan mau birokrasi jadi penyandera, beban bagi kemajuan, " kata Adhyaksa.
Menurut Menegpora, kondisi Indonesia yang lebih baik itu ditandai antara lain dengan hadirnya lembaga-lembaga hukum tidak kehilangan kredibilitas, lembaga-lembaga negara tidak kehilangan kepercayaan. "Dinamika dan dialog tentang persoalan bangsa harus dibangun, sebagaimana dulu dilakukan Natsir, Soekarno, Hatta, Sudjatmoko. Namun, yang terpenting NKRI adalah harga mati bagi kita," tegasnya.
Tifatul Sembiring mengatakan, pemimpin masa depan yang diharapkan tidak hanya sekadar muda usia, melainkan juga harus segar pemikirannya dan mendalami betul persoalan bangsa. Saat ini masalah utama yang dihadapi bangsa kita ialah kemiskinan, kebodohan, orang sakit tak bisa berobat, dan pesimisme.
"Persoalan bangsa tidak bisa diatasi dengan mengiklankan diri kita. Persoalan bangsa tidak bisa diatasi dengan tebar pesona, tak bisa diatasi dengan nyanyi-nyanyian. Juga tak bisa diatasi, misalnya, dengan main film," paparnya.
Menurut Presiden PKS ini, kaum muda yang layak jadi pemimpin bangsa itu harus mempunyai kredibilitas moral, visioner, spirit, dan kemampuan berkomunikasi. "Asal mememuhi persyaratan itu, siapa pun yang maju, walau bukan dari kaum muda PKS, kita akan dukung. Akan tetapi, antara persoalan bangsa dan pemimpin dari kaum muda yang dipilih itu harus nyambung. Ibarat ujian, jawabannya A, harus benar-benar ada kaitan, " tandasnya.
Budiman Sudjatmiko, yang sempat mengomentari figur calon presiden AS, Barack Obama, mengatakan, untuk bisa menjadi pemimpin bangsa ke depan, siapa pun harus mampu membangun dan merawat institusional building. Sebab, katanya, persoalan bangsa Indonesia saat ini adalah telah terjadinya kebangkrutan bangsa.
"Ini akibat kita terlalu percaya dengan pemimpin yang kaya, sementara kekayaan itu hasil dari pencurian. Dan lebih tragis lagi, ia itu pencuri kawakan. Kaum muda harus menghindari hal ini," ujarnya.
Sementara Khudori dalam paparannya mengatakan, kalau melihat sosok kaum muda, bayangan orang pasti PKS. "Kaum muda ke depan harus mengambil peran sesuai proporsinya. PKS adalah partai fenomenal, yang banyak diteliti," ujarnya. (NAL)

Sumber : KOMPAS

Kamis, 08 Mei 2008

Gaya Menangani Uang

Kamis, 8 Mei 2008 | 13:21 WIB

Pejuang, pengutang atau penjudikah Anda? Bukan, ini bukan bermaksud memberi stigma buruk. Dengan mengetahui tipe, Anda bisa mengetahui bagaimana uang bisa membantu hidup Anda.

Dalam buku Master Your Money Type, Jordan E. Goodman, Si American's Money Man mengatakan, "Setiap orang punya semacam 'kepribadian keuangan'. Ini adalah gaya Anda menangani uang yang mencerminkan perasaan, mulai dari ketakutan terdalam hingga hasrat terbesar."

Untuk membantu Anda menemukan perasaan itu, ketahui dulu tipe kepribadian keuangan manakah Anda. Silakan pilih yang cocok dan cari solusinya.

ANDA SI BURUNG UNTA JIKA...
Bingung dan terintimidasi oleh uang. Anda hanya bisa bermimpi punya bisnis, tapi memilih membenamkan kepala (seperti burung unta), jika bicara soal uang. Bukan berarti keuangan Anda payah. Hanya Anda terlalu keras kepala memikirkan hal lain yang lebih baik selain uang.
Masalah utama: Terlambat menyimpan uang. Saat sadar, banyak hal yang harus Anda kejar.
Tantangan: Sudahi rasa malu karena ketidaktahuan itu. Mulailah mengontrol keuangan Anda.
Solusi: Manajemen pendebetan cocok buat Anda. Membayar tagihan secara debet, akan membuat pengeluaran Anda lebih terencana. Jika perlu, buat standing instruction pada costumer service bank Anda, untuk langsung mentransfer sekian persen gaji untuk ditabung.
Kalimat penyemangat: Jika yakin Anda tidak mampu, maka Anda akan tidak mampu. Yakinlah bahwa Anda mampu.

ANDA SI PEJUANG JIKA...
Status Anda adalah "pencari". Anda senang mengumpulkan banyak hal (termasuk barang branded) dan memamerkannya. Namun, status ini membuat Anda mengeluarkan uang lebih dan menjerumuskan dalam utang.
Masalah utama: Cash flow yang buruk. Tidak bangkrut, hanya masa depan bisa suram karena utang kartu kredit dan lupa menabung/investasi.
Tantangan: "Pasang pelana" dan bersiaplah menyeimbangkan pemasukan dengan pengeluaran.
Solusi: Pilihlah "barang bagus" yang paling cocok dengan Anda. Tak usah lirik yang lain. Pastikan "barang bagus" ini termasuk asuransi, pembayaran atas fasilitas yang Anda butuhkan hingga hadiah.
Kalimat penyemangat:
Harga diri adalah hadiah terbaik untuk diri Anda sendiri.

ANDA SI PENGUTANG JIKA...
Anda boros tapi tak mau mengakuinya. Meski Anda putus asa dengan kadaan ini, Anda mengelak butuh bantuan.
Masalah utama:
"Terpeleset". Perlahan-lahan Anda jatuh lebih dalam pada utang. Anda sering mengambil pinjaman baru untuk melunasi pinjaman lama.
Tantangan: Mengandalkan pemasukan untuk mengeluarkan Anda dari berbagai pinjaman dan menghindari kebangkrutan.
Solusi: Jangan abaikan masalah ini. Hadapi kreditor, tak peduli kerasnya mereka menekankan Anda untuk membayar seluruh utang. Mintalah reschedule utang dengan bunga lebih rendah dan cicilan ringan.
Kalimat penyemangat: Yang lalu biarkan berlalu. Anda tidak dapat mengubahnya dan memutar waktu.

ANDA SI TUPAI JIKA...
Menabung terus, gemar mengumpulkan voucher dan uang receh demi menyeimbangkan pengeluaran dan pemasukan. Bagus sih, tapi ketakutan akan kehilangan uang malah membuat Anda sengsara.
Masalah utama: Uang yang hanya "diam" tidak berumur panjang. Inflasi terus berjalan dan "uang diam" ini tidak akan memberikan apa-apa.
Tantangan: Jangan bergantung pada uang.
Solusi: Anda memang sabar mengumpulkan uang. Namun, menyimpan di satu "keranjang" tidak akan membuat Anda kaya. Bagilah ke keranjang lain (misal investasi) jika ingin mendapatkan lebih banyak.
Kalimat penyemangat: Uang receh yang disimpan, jumlahnya takkan banyak. Gunakan sedikit, toh itu juga milik Anda.

ANDA SI PELUNCUR JIKA...
Fokus pada kemapanan. Uang banyak Anda arahkan pada asuransi jiwa hingga dana pensiun. Namun, kepuasan ini akan Anda rasakan nanti.
Masalah utama: Anda terlalu over berinvestasi untuk masa depan. Padahal, Anda punya ambisi lain yang takut Anda wujudkan.
Tantangan: Gunakan dasar kemampanan ini untuk mencapai tujuan lebih tinggi.
Solusi: Cobalah membagi sejumlah angka untuk investasi lain yang bisa dinikmati jangka pendek atau menengah, misal tabungan, deposito atau reksadana.
Kalimat penyemangat: Saat mewujudkan impian dengan uang Anda.

ANDA SI PENJUDI JIKA...
Anda senang bertaruh, bukan di kasino tapi di investasi berisiko tinggi. Anda penuh percaya diri, merasa lebih pintar, cepat, dan berinsting kuat.
Masalah utama: Uang dan emosi berinvestasi jalan bersamaan. Anda ingin menunjukkan pada semua orang bahwa Anda punya kemampuan.
Tantangan: Menempatkan seluruh uang di "garis depan" bukan strategi yang bijak.
Solusi: Simpan dulu dana untuk menjamin kelangsungan hidup Anda sekarang dan masa depan. Setelah itu, baru mengejar ambisi berinvestasi.
Kalimat penyemangat: Peluang ada di mana-mana, tapi Anda tak selalu bisa memenangkannya.


Erma Dwi Kusumastuti