Jumat, 04 Juli 2008

Kamasutra Arab


"Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan kenikmatan terbesar bagi laki-laki di kemaluan perempuan dan menjadikan kenikmatan terbesar bagi perempuan di kemaluan laki-laki."

Itulah kalimat pembuka dari Syekh al-Nafzawi, ulama Tunisia abad ke-16, dalam Al-Rawdh al-'Athir fi Nuzhat al-Khathir (The Parfumed Garden/La Prairie Parfumee). Buku legendaris yang telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa ini menyuguhkan bimbingan seks yang padat dan lengkap.

Bercinta menurut Syekh al-Nafzawi tak hanya butuh kebugaran fisik, tapi juga pengetahuan dan teknik. Tak sedikit orang kurang OK, atau malah KO, saat “bertanding” lantaran tidak mengenal karakter lawan, titik rangsang, dan kondisi yang baik untuk berhubungan.

Buku ini menyajikan informasi berharga bagi siapa saja yang mengimpikan kebahagiaan dalam biduk rumah tangga. Di tangan sang ahli, pembahasannya mengalir runtut seperti alur kehidupan anak manusia.

Mula-mula kita diajak menelisik apa yang disukai laki-laki dari perempuan dan sebaliknya. Lalu, kita diajak menyingkap soal organ seksual, tata cara bersanggama, daya tarik seksual, kemandulan, dan seterusnya. Buku ini juga dilengkapi tips dan trik, mulai dari memperbesar zakar hingga khasiat-rahasia kuning telur. Semoga kehadiran buku ini mampu memenetrasikan semangat baru untuk “bertempur pantang kendur”.

Hanya untuk Dewasa

The Power of Resilient Mindset


Panduan Menjadi Pribadi Tahan banting dan Penuh Daya Lenting
Mengapa sebagian orang mampu mengatasi impitan hidup dengan mudah sedangkan sebagian lainnya terbelenggu pada hal-hal sepele? Faktor apa saja yang membuat sebagian orang dapat segera bangkit dari kemalangan, sementara sebagian lainnya merana tanpa pertolongan dan harapan? Kekuatan batin seperti apakah yang sehari-hari dipancarkan oleh mereka yang kita juluki tangguh, ulet, bermental baja, atau tahan banting? Temukan jawaban inspiratifnya dalam buku ini.

Seperti karet dan busa, orang-orang tangguh punya daya tahan terhadap tekanan. Mereka punya kemampuan untuk segera kembali ke kepribadian semula begitu beban tiada. Mereka punya daya lenting! Karakter penting ini selalu hadir saat mereka menghadapi impitan masalah, ledakan musibah, atau tantangan dalam berprestasi.

Buku ini menyajikan intisari konsep daya lenting dan cara mengembangkan serta memperkuatnya. Menurut Dr. Brooks dan Dr. Goldstein, mindset berdaya lenting sangatlah membantu dalam setiap aspek kehidupan. Mindset ini memberi kita dasar kekuatan emosional dalam menghadapi tantangan rutin maupun masalah mendadak. Mindset ini pula yang menahan kita agar tak tenggelam dalam stres dan ketidakpuasan.

Dilengkapi dengan banyak sekali kisah nyata, kiat praktis, latihan, dan lampiran tentang prinsip-prinsip resilient mindset, buku ini niscaya sangat berguna bagi Anda. Ulasan-ulasannya bisa membantu Anda menghindari sabotase secara personal dan profesional terhadap diri sendiri. Panduan praktisnya dapat memudahkan Anda menerobos rintangan-rintangan psikologis kala menjemput kesuksesan dan kebahagiaan. Dan, keseluruhan isi buku ini hendak menobatkan Anda sebagai pemilik ciri-ciri utama dari mindset berdaya lenting:

* merasa mampu mengendalikan kehidupan,
* mengetahui cara membangun benteng “anti-stres”,
* efektif dalam berkomunikasi dan punya banyak kecakapan antarpribadi lainnya,
* menetapkan tujuan dan ekspektasi yang realistis,
* belajar dari kesuksesan maupun kegagalan, dan
* merasa istimewa (bukan egois) seraya membantu orang lain untuk merasakan hal yang sama.

Buku Murah Peduli Umat


Jakarta – Kenaikan harga BBM membuat sejumlah penerbit buku kesulitan menentukan harga jual buku. Pasalnya, semua bahan baku pembuatan buku, terutama kertas ikut naik drastis sampai 30 % lebih. Namun, tidak demikian halnya dengan Penerbit Pena Pundi Aksara. Pada event Pesta Buku Jakarta 2008 yang digelar dari tanggal 28 Juni s/d 6 Juli di Istora Senayan ini, Penerbit Pena Pundi Aksara justru meluncurkan buku murah peduli umat.

" Kami akan menerbitkan paket buku peduli umat untuk buku-buku best seller Pena," ungkap Muhaeroni, Direktur Pemasaran Pena. Langkah itu,menurutnya dalam rangka memberikan kesempatan kepada khalayak secara lebih luas untuk menikmati buku-buku bermutu tanpa mengganggu kantong konsumen yang saat ini sedang dibingungkan dengan kenaikan harga semua jenis kebutuhan pokok.

Untuk mengawali program buku peduli umat ini, Pena akan meluncurkan edisi murah buku best seller Khadijah: The True Love Story of Muhammad . "Meskipun murah, kualitas dan mutu produk tidak jauh berbeda dengan edisi ekslusifnya. Dan ini, kami lakukan untuk mendorong munculnya kesadaran karena pentingnya buku ini bagi umat," imbuh Muhaeroni.

Hingga saat ini, Buku Khadijah memang cukup fenomenal pemasarannya. Buku yang terbit perdana pada awal 2007 tersebut sudah terjual 150 ribu eksemplar. "Ini cukup spektakuler, karena ternyata buku yang awalnya dirasa berat ini justru menarik minat dan apreasiasi banyak kalangan, terutama kaum wanita Indonesia," terang Guntur Ramadhan, manager pemasaran Penerbit Pena.

Terbukti, menurut Guntur, sejumlah artis kenamaan seperti Zaskia Adya Mecca, mengaku sangat kepincut dan terinspirasi dengan buku ini. "Dalam beberapa bedah buku yang kami adakan, Zaskia yang kami percaya untuk membedah buku ini terlihat sangat enjoy dan betul-betul menghayati isi buku tersebut," imbuh Guntur.

Melihat besarnya minat konsumen terhadap buku ini, Pena pun ingin berbagi dengan semua kalangan, yaitu dengan menerbitkannya dalam dua edisi; edisi eksklusif dan edisi buku peduli umat yang lebih murah dan terjangkau masyarakat luas. (prpena)

Kisah Sang Pemuja Peri Asmara


Hernadi Tanzil
Inilah mahakarya kontroversial dari Vladimir Nobakov (1899-1977), penulis kelahiran Rusia yang kemudian menetap di Amerika Serikat. Walau telah diakui sebagai salah satu karya sastra klasik dunia, novel ini sempat dilarang beredar dan ditolak oleh beberapa penerbit Amerika karena tema dan isinya dianggap tidak senonoh dan melanggar standar moral masyarakat pada zaman itu.

Novel ini diterbitkan untuk pertama kalinya dalam bahasa Prancis oleh Olympia Perss, pada 15 Sept 1955. Olympia Perss adalah penerbit yang biasa menerbitkan buku-buku serius dan beberapa buku “dewasa”. Di negara itu novel ini seketika menjadi best seller dan terjual 5.000 kopi. Karena kontroversi yang timbul, pada Desember 1956 pemerintah Prancis melarang peredaran novel ini selama hampir dua tahun lamanya.

Di Amerika Serikat, edisi pertama novel ini diterbitkan dua tahun setelah edisi pertama di Perancis. Penerbitnya G.P. Putnam\'s Sons. Sama seperti di Prancis, novel ini langsung menjadi best seller dan terjual 100 seribu kopi pada tiga minggu pertama setelah diterbitkan.

Apa sebenarnya yang ditulis oleh Nobakov? Novel yang diyakini mengandung elemen-elemen otobiografis Nobakov ini merupakan memoar seorang profesor bernama Humbert Humbert, yang menuliskan petualangan cintanya dengan Lolita. Dalam bab pendahulaun dikisahkan pada saat memornya diterbitkan Humbert tewas dalam tahanan akibat penyakit jantung pada 1952. Memoar yang diberi judul Lolita, atau Pengakuan Seorang Duda ini akhirnya sampai ke tangan seorang editor yang kemudian menerbitkannya dengan judul Lolita. Dari memoar inilah cerita dalam novel ini bergulir.

Humbert Humbert adalah seorang terdidik yang lahir di Paris. Seperti umumnya pria remaja, gairah remajanya dilewatinya dengan menjalin cinta monyet dengan Annabel Leigh. Malangnya cinta Humbert pada Annabel kandas, karena kekasihnya itu meninggal akibat tifus. Menurut pengakuan Humbert, kisah cintanya dengan Annabel itulah yang membuatnya mulai tertarik secara seksual pada gadis-gadis kecil berusia 9-14 tahun yang disebutnya sebagai “peri asmara” (nymphet).

Ketika beranjak dewasa gairahnya pada para peri asmara terus membuncah. Untuk menekan gairah ganjilnya itu, Humbert akhirnya menikah dengan Vallerie, gadis sepantarannya yang menurut dia memiliki gaya dan pesona seorang gadis kecil. Namun rumah tangganya ini tak berlangsung lama. Vallerie menghianatinya dan akhirnya mereka bercerai.

Setelah bercerai, Humbert memutuskan berkelana ke Amerika. Jalan hidupnya menempatkan dirinya tinggal di sebuah pondokan di Ramsdale, New England. Di tempat inilah Humbert terkesiap melihat sosok Lolita, gadis 12 tahun yang merupakan putri Charlote, pemilik pondokan. Humbert yang saat itu berusia 30-an tak kuasa menahan gejolak asmara dan berahinya melihat Dolorez Haze atau Lolita, gadis kecil yang jelas merupakan peri asmara baginya.


Demi mendapatkan cinta dan tubuh Lolita, Humbert rela menikahi Charlote, ibu gadis itu. Sempat terbesit niat jahatnya untuk membunuh Charlote. Namun keberuntungan seolah berpihak padanya. Charlote tewas dalam sebuah kecelakaan. Tanpa banyak menunggu, Lolita yang saat itu sedang mengikuti perkemahan bersama sekolahnya dijemput oleh Humbert dan dibawanya mengelilingi Amerika. Dan dimulailah petualangan cinta terlarang antara ayah dengan anak tirinya.

Novel ini menjadi menarik selain karena tema cinta terlarang antara ayah dan anak tirinya, Nabokov juga dengan deskriptif melukiskan nuansa psikologis tokoh-tokohnya dengan disertai penokohan yang kuat. Humbert yang berkepribadian rumit dan Lolita seorang pecinta kebebasan namun terkadang misterius. Dengan piawai Nabokov menggiring pembacanya untuk memahami kekuatan cinta Humbert terhadap Lolita. Bagaimana keragu-raguannya ketika pertama kali berniat menyentuh tubuh anak tirinya, dan bagaimana Lolita melakukan tarik ulur dalam merespons cinta ayah tirinya.

Sebagian pembaca mungkin akan menganggap novel ini bukan novel yang mudah dimengerti karena Nabokov banyak mengeksplorasi kondisi kejiwaan dan lamunan-lamunan Humbert. Selain itu, novel ini juga banyak menggunakan simbol yang baru akan dimengerti oleh pembacanya setelah melahap habis novel ini hingga lembar terakhir. Namun sebagian pembaca lainnya mungkin justru melihat hal-hal itulah yang menjadikan novel ini mengasyikan untuk dibaca hingga tuntas.

Meskipun tak mudah dicerna, novel ini sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Agar dapat menikmati novel ini ada baiknya kita membacanya lebih ke pendekatan psikologis dibanding naratif sehingga kita bisa menikmati dan memahami gejolak jiwa Humbert yang sakit.

Menurut Anton Kurnia, penerjemah novel ini yang dikenal sebagai cerpenis sekaligus penerjemah karya-karya sastra dunia, Nabokov memang menulis novelnya ini dengan menggunakan kalimat yang panjang-panjang dan sebagai besar berisi lamunan Humbert yang sakit jiwanya. Untuk itu, Anton tak jarang harus memotong satu kalimat panjang dalam novel ini menjadi dua atau bahkan tiga kalimat agar lebih mudah dan tidak capek membacanya.

Hal itulah yang membuat Anton harus bekerja keras untuk menghadirkan terjemahan yang baik. Menurut pengakuannya, untuk menerjemahkan novel yang dalam edisi bahasa Inggrisnya setebal 300-an halaman ini, ia memerlukan waktu satu tahun. “Ini terjemahan paling sulit dan paling lama yg saya tangani,: ini lebih berat dari les miserables (Victor Hugo),” ungkap Anton. Namun, walau sulit, Anton justru menikmati proses penerjemahannya ini. “Saya suka Lolita, jadi saya ikuti terus liku-likunya.”

Walau novel ini sempat menuai kontroversi, saya sendiri tak melihat ada sesuatu yang berlebihan dalam novel ini. Selain temanya yang tak lazim dalam standar moral masyarakat pada umumnya, rasanya tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Deskripsi pelampiasan gairah Humbert terhadap Lolita saya pikir masih dalam batas-batas keindahan sastrawi, masih kalah dengan beberapa novel-novel lokal yang terkesan lebih berani dalam mengurai adegan percintaan.

Karena kepopulerannya, Lolita sempat dua kali diangkat ke layar lebar (pada 1962 dan 1997). Berbagai pujian dianugerahkan kepada novel ini. BBC mendapuk Lolita sebagai novel terbaik sepanjang masa. Majalah Time menyatakan Lolita adalah salah satu di antara tiga novel paling berpengaruh di dunia.

Modern Library yang beranggotakan sejumlah pengarang, kritikus sastra, dan intelektual ternama, pada 1998 melakukan pemilihan 100 novel terbaik sepanjang abad ke-20 yang ditulis dalam bahasa Inggris. Pemilihan ini disusun berdasarkan peringkat. Lolita masuk ke dalam peringkat keempat di bawah Ullyses (James Joysce), The Great Gatsby (F.Scott Fizgerald), dan A Portrait Of The Artist As a Young Man (James Joyce).

Walau terlambat lebih dari 50 tahun, upaya penerbit untuk menerjemahkan novel ini patut dipuji. Dan lagi apa yang diangkat oleh Nabokov dalam novel ini tampak masih relevan untuk masa kini. Paling tidak, seperti yang ditulis dalam novel ini: “Lolita seharusnya membuat kita semua para orang tua, pekerja sosial, pendidik meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam menunaikan tugas membesarkan generasi yang lebih baik dalam sebuah dunia yang lebih aman” (hlm. 11).

Hernadi Tanzil
Book Blogger dan Book Reviewer
http://bukuygkubaca .blogspot. com
Lebih detil klik Serambi Online

Jerusalem : Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir


Trias Kuncahyono, Kompas

www.inibuku. com - Buku ini tengah menjadi buku laris di toko buku.
Karya Trias Kuncahyono mengungkapkan peran kini dan masa datang,
berdasarkan sejarah dan tafsir kita-kitab suci.

Suatu kenyataan bahwa selama ribuan tahun, Jerusalem merupakan kota
ziarah agama samawi: Yudaisme, Kristen, dan Islam. Mereka berziarah ke
Tembok Ratapan, Gereja Makam Kristus, Masjid Al Aqsha. Tetapi pada
saat bersamaan, kesucian kota Jerusalem dirobek berbagai konflik yang
tak kunjung selesai antara Israel dan Palestina. Bagaimana upaya
penyelesaian damai antara Israel dan Palestina?

Kemudian benarkah Jerusalem akan menjadi kota pengadilan akhir umat
manusia? Benarkah Mesias akan datang kembali melalui Pintu Gerbang
Kerahiman yang kini masih tertutup? Buku ini mengajak Anda kembali ke
sejarah masa lampau sekaligus melihat Jerusalem di akhir zaman.

Dan ... banyak judul-judul buku baru lainnya yang memang benar-benar
baru dari berbagai penerbit, jadi jangan lupa klik buku baru pada saat
Anda singgah di www.inibuku. com.

Terima kasih
www.inibuku. com - toko buku online
Pesan melalui telpon : 021 421-2057 / 021 422-9857

The Mystery of the Quran Secret Power


Penulis: Dr. Khalid bin Abdul Karim Al-Laahim
Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah sebuah kenikmatan. Kenikmatannya tidak bisa dirasakan oleh siapapun kecuali mereka yang telah merasakannya. Karenanya, ketika Rasulullah SAW wafat Ummu Aiman Ra terus berduka dan menangis. Ketika hal itu ditanyakan kepadanya, beliau menjawab, “Aku menangis bukan aku tidak tahu bahwa apa yang ada di sisi Allah SWT lebih baik bagi Rasulullah SAW, tetapi aku menangis karena wahyu telah terputus dari langit..”

Begitu besar pengaruh Al-Qur’an yang menghujam ke dalam jiwa dan dada para shahabat. Melalui Al-Qur’an-lah mereka mendapatkan petunjuk yang mulia, dari Al-Qur’an-lah mereka belajar peradaban dunia, dari zaman purba kala hingga dunia ini binasa, dan dengan Al-Qur’an-lah mereka bisa menaklukkan dunia dan menorehkan sejarah emas yang tidak akan pernah dilupakan oleh manusia.

Lantas apa rahasianya? Mereka mengetahui betul isi Al-Qur’an dan kandungannya serta memahami ilmunya dengan benar. Tidaklah berlebihan jika seorang tokoh Barat yang bernama Rainier Gino setelah ke-Islamannya berkata, “Seandainya bukan karena jasa ulama Islam dan para filosufnya, niscaya Barat masih dalam keterpurukan kebodohan dan kegelapannya.”

Buku The Mystery Of The Quran Secret Power yang ada di hadapan Anda sekarang ini akan melejitkan pemahaman dan pengetahuan Anda terhadap Al-Qur’an. Temukan pengaruhnya yang luar biasa pada diri dan kehidupan Anda.

Selamat menikmati!
DAAR AN-NABA'

Rabu, 02 Juli 2008

Daya Gerak Reformasi,


Oleh Aminuddin Siregar
Murtadha Muthahhari, adalah pemikir sistematis. Ia tergolong ahli filsafat sejarah Islam terkemuka. Sehingga tidaklah mengherankan, kalu beliau berusaha menerapkan hampir seluruh pemikirannya tentang kenyataan sosial-politik kontemporer di dasarkan pada filsafat sejarah Islam. Termasuk pemikirannya tenatang gerakan-gerakan reformasi sosial yang terus berkembang di kalangan umat. Tapi, Ia keburu syahid, oleh berondongan timah panas, pada tanggal 2 Mei 1979. Iran berkabung, Ayatullah Khomeini, ketika itu menyatakan, 3 Mei 1979 adalah Hari Berkabung Nasional Iran.

Sebagai mana Al-Ghazali –yang lebih dikenal sebagai Imam Ghazali— melakukan gerakan-gerakan reformasi Islam. Selain mengandung muatan sosial poltik juga mengandung unsur sosial-intelektual. Ini antara lain dapat kita ketahui lewat kayra monumentalnya yang berjudul “Ihya Ulumuddin” (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama), ternyata sangat progresif sifatnya.

Gerakan semacam inilah kemduian yang oleh Muthahhari disebut gerakan merefleksikan reaksi terhadap penjajahan politik, ekonomi dan kultur Barat. Bagi Muthahhari, seorang Muslim mestilah sebagai reformator. Karena perannya sebagai reformator, maka ia adalah seorang penyokong perbaikan. Maksudnya, agar reformasi tidak terlihat jemu, tetapi penuh gairah.

Muthahhari, --dalam bukunya “Gerakan Islam Abad-20”-- mengemukakan bahwa, reformasi berarti memberikan tata aturan atau tata tertib, yang dapat mengarahkan masyarakat ke arah tujuan tertentu. Dari pendapat itu nampak bahwa, tujuan paling sederhana dari reformasi ialah memperbaiki segala sesuatu yang telah rusak, semua yang tidak beraturan, dan karena itu perlu diarahkan kembali agar menjadi lebih teratur dan tertib.

Kalau dalam konteks reformasi yang kini tengah bergulir di Indonesia misalnya. Menjadi sangat relevan untuk dicermati, lantaran sejak kita sepakat melakukan reformasi, sejak itu pula kita telah membuat sejumlah aturan dan berbagai tata tertib dalam berbagai bidang kehidupan. Khususnya dalam bidag politik, memang telah sangat nyata sekali adanya perbaikan. Namun di sektor lain masih terlihat bahwa reformasi, mirip sebuah angan-angan belaka.

Masalhanya, apa yang mesti kita lakukan untuk melawan kecenderungan otoritarianisme, apabila reformasi yang kini tengah kita bangun ditafsirkan sebagai angan-angan yang amat sukar untuk diwujudkan ? Sementara, waktu terus bergulir. Perkembangan politik terus bergerak menuju terbentuknya masyarakat politik yang kian dewasa, cerdas, tanggap dan amat kritis terhadap gerak-gerik elit politik dan aparat yang beberapa waktu lalu, oleh Hasyim Muzadi, diindikasikan mengobral kecemasan, (Rakyat Merdeka, 16-11-03).

Model Otoritarianisme

Hingga hari-hari belakangan ini, kita masih menjumpai model-model otoritarian dalam mengatasi persoalan yang muncul kepermukaan. Arti kata, masih saja terkesan adanya kesewenang-wenangan. Padahal yang dikehendaki oleh reformasi ialah perwujudan dari perbaikan yang telah kita lakukan. Sehingga tidak lagi muncul percakapan miring, kesalahfahaman dan kekacauan, apalagi budaya kekerasan politik.

Dilihat dari perjalanan reformasi yang kini sudah berusia hampir lima tahun. Harusnya kita telah keluar dari lingkaran poltik yang arogan. Bahwa perpolitikan kita tanpa fitnah dan kekerasan. Kita juga mestinya telah lebih lugas dalam berdemokrasi. Lebih santun dalam menyikapi segala sesuatu yang menyangkut aspirasi politik rakyat yang berkembang. Lebih peduli dan responsif terhadap penderitaan rakyat.

Kalau tata aturan yang dianggap kurang bagus, tata tertib yang selama ini belum memadai, maka sulit diharapkan adanya suasana tertib, suasana tenteram, atau kondisi yang lebih kondusif dari sekarang. Atau bisa saja aturannya sudah ada, tetapi tidak ditaati, sehingga menimbulkan pertengkaran, prasangka, dan curiga-mencurigai. Akibatnya tidak pernah ditemukan keseuaian satu dengan lainnya.

Dengan mengadakan reformasi kemungkinan munculnya kekacauan dan fitnah akan dapat dihindari. Sebab di dalam setiap reformasi, selalu lebih menampakkan transparansi perubahan yang terjadi, semauanya akan lebih jelas. Katakanlah misalnya, secara sosial terjadi kerusuhan politik, yang mengakibatkan massa publik tidak terkendali dan menjurus pada tujuan yang kita semua tidak mengiinginkannya. Ini bisa terjadi sebagai akibat dari kurangnya daya gerak reformasi sebagaimana dikehendaki semua pihak dan kalangan.

Kelihatannya, suatu regim politik, meskipun mengaku sebagai pemerintahan konstitusional, tidak dengan serta merta mampu menghalau otoritarianisme. Karena itu, perlu diadakan gerakan-gerakan pembaharuan. Dalam kaitan inilah menurut Muthahhari reformasi diperlukan. Dan ternyata melalui gerakan-gerakan reformasi itulah kebangkitan politik kaum Muslimin menjadi amat penting dan merupakan kebutuhan utama.

Daya Gerak Reformasi

Kalau kebangkitan politik kaum Muslimin memang dapat menciptakan sesuatau keadaan masyarakat lebih baik, maka kembali yang perlu dipikirkan oleh kaum Muslim di dunia politik ialah memperkuat daya gerak reformasi itu sendiri. Sehingga despotisme dari dalam dan imperialisme baru dari luar tidak akan menampakkan wajahnya dalam sistem pemerintahan yang demokrastis, kecuali kalau praktek-praktek budaya kekerasan politik terus dipelihara.

Sebab dengan menguatnya daya gerak reformasi, maka demokrasi akan mampu mengungkap segala hal yang dianggap tidak bermoral dan sejumlah penyimpangan. Itu artinya kebangkitan demokrasi di negeri ini dimaksudkan untuk melenyapkan pembusukan politik yang sudah sekian lamanya. Karena apa yang dianggap orang sebagai hal yang tidak pada tempatnya sudah diperbaiki.

Kerusakan-kerusakan di masa lalu direparasi tuntas, Kita tidak lagi kesulitan untuk memahami keruwetan-keruwetan politik. Setiap warga masyarakat sebagai komunitas politik mendapat kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam percaturan politik, apabila setiap orang sadar secara politik, bahwa ada sejumlah persyaratan, aturan, tata tertib, yang memungkinkan setiap orang untuk bisa menjadi caleg, misalnya, atau mendaftar jadi capres, umpamanya.

Kita mesti menemukan kembali semangat perjuangan. Sebab perjuangan politik itu menurut Muthahhari merupakan kewajiban religius. Itu sebabnya Muthahhari menganjurkan perlunya persatuan Islam untuk menghalau semua yang dibawa oleh kultur yang tidak sesuai dengan budaya dan norma politik masyarakat Indonesia. Nah ! bisakah partai-partai Islam Indonesia bersatu padu, misalnya ? Hanya aktivis parpolah yang mengetahui dan menjawabnya.

Sejalan dengan itu, bila perlu harus melakukan perlawanan terhadap setiap upaya menggerogoti persatuan dan kesatuan kita. Kekuatan yang dimiliki oleh nenek moyang kita, founding father dan para pendiri republik ini memang punya andil besar bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, mestilah dijaga citranya. Sekurang-kurangnya para elit politik atau elit partai tidak menimbulkan kesan yang mengakibatkan kemerosotan Ketahanan Nasional. Mari kita suksekan seluruh rangkaian pemilu mendatang ini. Perlu itu.

Dokumentasi Penulis

Bertukar guru, perluas wawasan

Diperbaharui pada: 10 Mei, 2008 - Published 12:02 GMT
Email kepada teman Versi cetak

Achmad Marzuq
Produser BBC Siaran Indonesia

HFS di Keighley, Inggris Utara
Holy Family School mengajar siswa usia SMP dan SMU
Setelah tiga jam perjalanan kereta api dari London, akhirnya saya tiba di kota kecil Keighley, di West Yorkshire, belahan utara Inggris.

Keithly beberapa dasawarsa lalu adalah salah satu kota industri wool dan katun.

Pada tahun 1960-an, para pengusaha Inggris mengimpor tenaga kerja murah dari Kashmir dan Bangladesh.

Para mantan pekerja migran dan keluarga mereka masih bertahan dan berkembang hingga hari ini ini.

Dan, sebuah masjid tak jauh dari stasiun Keighley seolah menjadi tanda keberadaan mereka.

Laporan dari HFS Keighley

Namun, yang akan kita tuju bukan masjid itu, melainkan sebuah sekolah katholik. Yaitu, Holy Family School (HFS), tempat dua guru Pesantren Darun Najah mengajar dalam rangka pertukaran guru pada bulan April.

Selepas ceramah dan doa bersama, para siswa Holy Family School dengan tertib meninggalkan aula untuk menuju kelas masing-masing. Demikian juga para guru, termasuk Mustofa Hadi Chirzin dan Siti Cholilah dari Pesantren Daru Najah.

Ustadzah Cholilah memperkenal Indonesia di kelas geografi

Pagi itu ibu Cholilah, yang mengenakan jilbab, mengajarkan geografi untuk siswa year seven atau kurang lebih setara dengan kelas 1 SMP di Indonesia.

Topik yang dia pilih mengenalIndonesia.

Dengan alat peraga komputer, dia memperkenalkan keragaman etnis dan agama, kesenian, hingga kekayaan alam serta hidangan khas Indonesia.

Saat sesi tanya-jawab tiba, para murid berebut mengacungkan jari. Begitu dipersilakan, siswa sekolah Katholik ini mengajukan beberapa pertanyaan, yang menggelitik rasa ingin tahu mereka, meski itu mungkin sesuatu yang dianggap lumrah di Indonesia.

Berapa lama siswa Darun Najah belajar setiap hari? Kapan jam pelajaran usai? Dan, apakah mereka mengenakan seragam? Demikian tanya mereka.

Ekspresi penuh keheranan beberapa kali muncul dari para siswa demi mendengar jawaban Ustadzah Kholilah.

Di kelas lain, Pak Mustofa Hadi Chirzin memperkenalkan bahasa Indonesia kepada siswa kelas 9, atau setara dengan kelas tiga SMP.

Di penghujung pelajaran yang berlangsung sekitar 50 menit, Pak Mustofa juga mengundang siswa Holy Family School untuk bertanya.

Bagaimana siswa perempuan dan laki-laki Pesantren Darun Najah bisa saling mengenal, kalau kelas mereka dipisahkan berdasarkann jenis kelamin, tanya seorang siswa.

Kerendahan hati

Kehadiran Ustaz Mustofa Chirzin dan Ustadzah Siti Cholilah dari Pesantren Darun Najah di sekolah menengah Katholik di Inggris ini adalah bagian dari pertukaran guru di antara kedua lembaga pendidikan, yang telah berlangsung sekitar dua tahun.

Ustadz Mustofa memperkenalkan bahasa Indonesia di HFS

Bulan November lalu, dua guru Holy Family Catholic School mendapat giliran untuk bertandang ke Pesantren Darun Najah.

Selain mengajar, kedua guru juga mencicipi suasana pesantren selama hampir dua pekan.

Emma McConaghy, yang sehari-hari mengajar sejarah, menuturkan kesannya.

"Ketika saya berkunjung ke Darun Najah saya benar-benar memperoleh wawasan yang berbeda tentang agama Islam," kata Emma McConaghy.

Saya bisa katakan, orang-orang di Darun Najah membuat saya lebih menghormati agama Islam

Emma McConaghy
Guru HFS Keighley

"Saya bisa katakan, orang-orang di Darun Najah membuat saya lebih menghormati agama Islam," tandasnya.

Menurut penuturan Emma, dia ikut tinggal dan tidur di dalam pesantren. "Kami berada di sana 24 jam, bukannya berada di sana dua jam lalu pulang," tuturnya.

"Kami menyaksikan seluruh kegiatan rutin sehari-hari mereka. Kami dengar suara azan pukul 4 pagi," katanya.

"Kami saksikan bocah-bocah pergi ke masjid lima kali sehari. Kami telah merasa ikut menjalani kehidupan mereka," tuturnya.

"Kami sangat terkesan dengan komitmen mereka terhadap agama. Tidak hanya itu, juga juga dengan kerendahan hati yang menyertai komitmen mereka," ujarnya

Dari penuturan ibu guru Emma McConaghy, tidak berlebihan jika disimpulkan pertukaran guru antara Holy Family School di Keighley, Inggris dan Pesantren Darun Najah di Jakarta selatan berhasil menjalin dialog dan meningkatkan saling pengertian.

Manfaat praktis

Ustadz Mustofa Chirzin, yang juga duduk di manajemen Pesantren Darun Najah, mengatakan, lembaganya memetik banyak pelajaran dari tuan rumahnya di Inggris.

Merah putih dan bendera St George berkibar di pelataran HFS

Sebelum bertolak ke Keighley, menurut Mustofa, pengetahuannya tentang Inggris "sangat terbatas".

Ustadz Mustofa mengatakan, sebelumnya dia selalu membayangkan kehidupan sangat berbeda dari yang biasa dia lihat di Indonesia, yaitu semuanya non-muslim.

"Tapi, ternyata, menurut kami dalam praktiknya (kehidupan di sini) sebetulnya adalah Islami. Mungkin bukan Islam, tapi Islami," katanya. "Dalam arti, bagaimana sopan santun sangat dijunjung, kebersihan sangat diperhatikan."

Menurut Mustofa, kerjasama antar lembaga pesantren dan sekolah Katholik ini akan dikembangkan dengan mengintensifkan komunikasi dua arah melalui internet.

Menurut kami dalam praktiknya (kehidupan di sini) sebetulnya adalah Islami. Mungkin bukan Islam, tapi Islami...

Mustofa Chirzin
Ustadz Pesantren Darun Najah

Rekan Ustad Mustofa Chirzin, Ustadzah Siti Cholilah juga melihat manfaat praktis dari hubungan antara kedua lembaga pendidikan, meski keduanya berasal dari latar belakang agama dan budaya yang sangat berbeda.

Salah satunya adalah penggunaan bahasa Inggris di kalangan guru. "Guru-guru menjadi aktif berbahasa (Inggris)," tutur Cholilah.

Bergulirnya pertukaran guru Pesantren Darun Najah dan Holy Family Catholic School ini tentu membuat bangga mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair.

Saat berkunjung ke Jakarta tahun 2006, Tony Blair melontarkan gagasan agar ratusan sekolah di Inggris menjalin kemitraan dengan sekolah di Indonesia, yang saat itu dia sebut "mitra sangat penting" dalam membina saling pengertian antar-umat berbagai agama.

Dan, Holy Family School termasuk salah satu sekolah yang menidaklanjuti gagasan Pak Blair.

Komunitas muslim

Sebagian orang mungkin yang bertanya-tanya mengapa sekolah Katholik Inggris yang satu ini menjalin hubungan dengan komunitas muslim di tempat yang jauh, seperti Pesantren Darun Najah, mengingat kota Keighley sendiri memiliki penduduk muslim yang cukup besar.

Kota kecil Keighley berada di West Yorkshire, Inggris utara
Kota kecil Keighley berada di West Yorkshire, Inggris utara

Manajer spesialis bahasa pada Holy Family Catholic School, Eileen Llewellyn, mengatakan, sekolahnya perlu menjalin kontak dengan komunitas, yang mewakili sosok umat Islam yang berbeda dengan yang selama ini mereka kenal.

"Saya rasa fantastis bahwa sebuah sekolah muslim menjalin hubungan dengan sekolah Katholik, sebab siswa kami bisa belajar banyak dari agama lain," katanya.

Dia menambahkan, agama sangat penting bagi siswa sekolah Katholik seperti HFS. "Dan, sangat bagus bagi mereka untuk melihat atau mendengar budaya yang sama sekali berbeda. Dan, mereka belajar menghormati budaya lain," tuturnya.

Menurut Llewellyn, langkah seperti ini bagus untuk kawasan di West Yorkshire ini, sebab Keighley yang berada di pinggiran Bradford. "Terjadi banyak ketegangan antar-kelompok komunitas tertentu di Bradford," tuturnya

Mengingat, wilayah tersebut juga memiliki ada banyak warga muslim. "Dan, sebagai sekolah Katholik, yang sebagian besar siswanya kulit putih, menghargai budaya lain adalah hal yang bagus," tambahnya.

Komentar siswa

Bagi guru seperti Eileen Llewellyn, gagasan untuk lebih mengenal komunitas muslim di Indonesia lain mungkin lebih mudah dicerna. Tapi, bagaimana dengan para muridnya?
Siswa HFS menikmati istirahat makan siang di halaman sekolah

Salah seorang siswa Holy Family School mengatakan, mereka dulu sama sekali tidak mengenal Indonesia.

Guru mereka, yang pulang dari Darun Najah, memperkenalkan mereka dengan Indonesia.

Murid laki-laki tersebut bahkan bisa memperkenalkan diri dalam bahasa Indonesia.

Sedangkan, siswi ini mengatakan, dia kerap mendengar nama Indonesia setelah bencana tsunami tahun 2004.

Dan, setelah berkenalan dengan beberapa guru dari pesantren Darun Najah, mereka mengaku mereka kini tertarik untuk menggali lebih banyak informasi.

Dua murid Holy Family School mengatakan, Indonesia negara hebat, seraya mengutarakan minatnya untuk bisa berkunjung ke Indonesia suatu hari kelak.

Dan, seorang murid perempuan HFS berpendapat, mengenal bangsa dan agama lain akan membuat dia lebih memahami bangsa lain.

REFORMASI, MIRIP SEBUAH ANGAN-ANGAN


Oleh Aminuddin Siregar (Penulis Bekerja Pada Pusdiklat Regional Depdagri Bukittinggi)

Isma’il Raj’I Al-Faruqi, --adalah penulis buku “Islam and Cultur”, edisi Indonesia diterbitkan oleh MIZAN, Bandung 1984-- menolak relativisme kultural. Menurutnya kebudayaan Islam bukanlah relativisme kebudayaan, lantaran ia ditujukan bagi semua manusia dan segala zaman. Isma”il Raj’i Al-Faruqi, adalah juga penggagas islamisasi pengetahuan, yang ingin menetapkan relevansi antara Islam dengan seluruh pengetahuan modern.

Tindakan itulah yang oleh Ziauddin Sardar disebut sebagai upaya berlebihan dan tidak dapat membantu mengembangkan epistimologi pragmatis. Tindakan itu lanjut Sardar seperti menempatkan kereta di depan kuda (Sardar, Masa Depan Islam 1987)

Al-Faruqi, memformulasikan kebudayaan sebagai kesadaran akan nilai-nilai dalam kesemestaannya, yang pada tingkat terendah mengandung makna kesadaran intuitif dari setiap nilai (dalam Islam and Cultur). Itu artinya kekuatan intuitif ikut ambil bagian dalam setiap mewujudkan nilai-nilai itu sendiri.

Kalau formulasi ini kita terjemahkan kembali, maka dapat diasumsikan bahwa setiap orang dapat mengakses langsung segala sumber-sumber pengetahuan tanpa melalui campur tangan orang lain. Kewajiban seseorang untuk bisa memperoleh nilai kehidupannya memungkinkan setiap orang mengembangkan kepekaan dengan isyarat perilaku tertentu lantaran intuisi dikategorikan sebagai indikasi dari posisi objektif setiap orang.

Nampaknya, al-Faruki menginginkan perubahan seluruh warisan pengeahuan manusia dari sudut pendidikan Islam, sekaligus menawarkan metodologi dan program tindakan untuk melaksakannya. Ia dianggap sebagai seorang Muslim konservatif. Tetapi Ia juga termasuk eksponen paling berpengaruh dalam upaya mengislamkan sains.

Sebagai mana Al-Ghazali –yang lebih dikenal sebagai Imam Ghazali—melakukan gerakan-gerakan reformasi Islam. Selain mengandung muatan sosial poltik juga mengandung unsur sosial-intelektual. Ini antara lain dapat kita ketahui lewat karya monumentalnya yang berjudul “Ihya Ulumuddin” (Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama), ternyata sangat progresif sifatnya.

Gerakan semacam inilah kemudian yang oleh Muthahhari disebut gerakan merefleksikan reaksi terhadap penjajahan politik, ekonomi dan kultur Barat. Bagi Muthahhari, seorang Muslim mestilah sebagai reformator. Karena perannya sebagai reformator, maka ia adalah seorang penyokong perbaikan. Maksudnya, agar reformasi tidak terlihat jemu, tetapi penuh gairah.

Muthahhari, --dalam bukunya “Gerakan Islam Abad-20”-- mengemukakan bahwa, reformasi berarti memberikan tata aturan atau tata tertib, yang dapat mengarahkan masyarakat ke arah tujuan tertentu. Dari pendapat itu nampak bahwa, tujuan paling sederhana dari reformasi ialah memperbaiki segala sesuatu yang telah rusak, semua yang tidak beraturan, dan karena itu perlu diarahkan kembali agar menjadi lebih teratur dan tertib.

Kalau dalam konteks reformasi yang kini tengah bergulir di Indonesia misalnya. Menjadi sangat relevan untuk dicermati, lantaran sejak kita sepakat melakukan reformasi, sejak itu pula kita telah membuat sejumlah aturan dan berbagai tata tertib dalam berbagai bidang kehidupan. Khususnya dalam bidang politik, memang telah sangat nyata sekali adanya perbaikan. Namun di sektor lain masih terlihat bahwa reformasi, mirip sebuah angan-angan belaka.

Masalahnya, apa yang mesti kita lakukan untuk melawan kecenderungan otoritarianisme, apabila reformasi yang kini tengah kita bangun ditafsirkan sebagai angan-angan yang amat sukar untuk diwujudkan ? Sementara, waktu terus bergulir. Perkembangan politik terus bergerak menuju terbentuknya masyarakat politik yang kian dewasa, cerdas, tanggap dan amat kritis terhadap gerak-gerik elit politik dan aparat yang beberapa waktu lalu, oleh Hasyim Muzadi, diindikasikan mengobral kecemasan, (Rakyat Merdeka, 16-11-03).

Model Otoritarianisme

Hingga hari-hari belakangan ini, kita masih menjumpai model-model otoritarian dalam mengatasi persoalan yang muncul kepermukaan. Arti kata, masih saja terkesan adanya kesewenang-wenangan. Padahal yang dikehendaki oleh reformasi ialah perwujudan dari perbaikan yang telah kita lakukan. Sehingga tidak lagi muncul percakapan miring, kesalahfahaman dan kekacauan, apalagi budaya kekerasan politik.

Dilihat dari perjalanan reformasi yang kini sudah berusia hampir lima tahun. Harusnya kita telah keluar dari lingkaran poltik yang arogan. Bahwa perpolitikan kita tanpa fitnah dan kekerasan. Kita juga mestinya telah lebih lugas dalam berdemokrasi. Lebih santun dalam menyikapi segala sesuatu yang menyangkut aspirasi politik rakyat yang berkembang. Lebih peduli dan responsif terhadap penderitaan rakyat.

Kalau tata aturan yang dianggap kurang bagus, tata tertib yang selama ini belum memadai, maka sulit diharapkan adanya suasana tertib, suasana tenteram, atau kondisi yang lebih kondusif dari sekarang. Atau bisa saja aturannya sudah ada, tetapi tidak ditaati, sehingga menimbulkan pertengkaran, prasangka, dan curiga-mencurigai. Akibatnya tidak pernah ditemukan keseuaian satu dengan lainnya.

Dengan mengadakan reformasi kemungkinan munculnya kekacauan dan fitnah akan dapat dihindari. Sebab di dalam setiap reformasi, selalu lebih menampakkan transparansi perubahan yang terjadi, semuanya akan lebih jelas. Katakanlah misalnya, secara sosial terjadi kerusuhan politik, yang mengakibatkan massa publik tidak terkendali dan menjurus pada tujuan yang kita semua tidak mengiinginkannya. Ini bisa terjadi sebagai akibat dari kurangnya daya gerak reformasi sebagaimana dikehendaki semua pihak dan kalangan.

Kelihatannya, suatu regim politik, meskipun mengaku sebagai pemerintahan konstitusional, tidak dengan serta merta mampu menghalau otoritarianisme. Karena itu, perlu diadakan gerakan-gerakan pembaharuan. Dalam kaitan inilah menurut Muthahhari reformasi diperlukan. Dan ternyata melalui gerakan-gerakan reformasi itulah kebangkitan politik kaum Muslimin menjadi amat penting dan merupakan kebutuhan utama.

Daya Gerak Reformasi

Kalau kebangkitan politik kaum Muslimin memang dapat menciptakan sesuatau keadaan masyarakat lebih baik, maka kembali yang perlu dipikirkan oleh kaum Muslim di dunia politik ialah memperkuat daya gerak reformasi itu sendiri. Sehingga despotisme dari dalam dan imperialisme baru dari luar tidak akan menampakkan wajahnya dalam sistem penerintahan yang demokratis, kecuali kalau praktek-praktek budaya kekerasan politik terus dipelihara.

Sebab dengan menguatnya daya gerak reformasi, maka demokrasi akan mampu mengungkap segala hal yang dianggap tidak bermoral dan sejumlah penyimpangan. Itu artinya kebangkitan demokrasi di negeri ini dimaksudkan untuk melenyapkan pembusukan politik yang sudah sekian lamanya. Karena apa yang dianggap orang sebagai hal yang tidak pada tempatnya sudah diperbaiki.

Kerusakan-kerusakan di masa lalu direparasi tuntas, Kita tidak lagi kesulitan untuk memahami keruwetan-keruwetan politik. Setiap warga masyarakat sebagai komunitas politik mendapat kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam percaturan politik, apabila setiap orang sadar secara politik, bahwa ada sejumlah persyaratan, aturan, tata tertib, yang memungkinkan setiap orang untuk bisa menjadi caleg, misalnya, atau mendaftar jadi capres, umpamanya.

Kita mesti menemukan kembali semangat perjuangan. Sebab perjuangan politik itu menurut Muthahhari merupakan kewajiban religius. Itu sebabnya Muthahhari menganjurkan perlunya persatuan Islam untuk menghalau semua yang dibawa oleh kultur yang tidak sesuai dengan budaya dan norma politik masyarakat Indonesia. Nah ! bisakah partai-partai Islam Indonesia bersatu padu, misalnya ? Hanya aktivis parpolah yang mengetahui dan menjawabnya.

Sejalan dengan itu, bila perlu harus melakukan perlawanan terhadap setiap upaya menggerogti persatuan dan kesatuan kita. Kekuatan yang dimiliki oleh nenek moyang kita, founding father dan para pendiri republik ini memang punya andil besar bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Karena itu, mestilah dijaga citranya. Sekurang-kurangnya para elit politik atau elit partai tidak menimbulkan kesan yang mengakibatkan kemerosotan Ketahanan Nasional. Mari kita suksekan seluruh rangkaian pemilu mendatang ini. Perlu itu.

Larangan Merokok di Bar Belanda

Diperbaharui pada: 01 Juli, 2008 - Published 11:57 GMT

Budaya bersantai di kafe, bar dan restoran umum di Eropa
Belanda menjadi satu lagi negara Eropa yang melarang merokok di bar dan restoran mulai hari ini.

Salah satu gedung bioskop membagikan rokok gratis Senin malam, beberapa jam menjelang larangan itu mulai berlaku.

Akan tetapi para perokok ganja di kafe-kafe ganja, yang dikenal dengan nama coffee shop, tetap dibolehkan merokok mariyuana selama tidak dicampur dengan tembakau.

Michael Veling, seorang pemilik coffee shop dan anggota serikat pengecer ganja di Amsterdam mengatakan, larangan merokok ini sebenarnya adalah kabar baik bagi para perokok ganja.


Kabar baiknya adalah, mereka tetap dibolehkan mengisap marijuana di coffee shop dan di tempat-tempat lain yang tidak dilarang

Michael Veling pengusaha coffe shop

"Mereka tidak dibolehkan merokok tembakau di dalam coffee shop," kata Veling.

"Kabar baiknya adalah, mereka tetap dibolehkan mengisap marijuana di coffee shop dan di tempat-tempat lain yang tidak dilarang," katanya.

Kubu lobi pro-rokok mengatakan, larangan itu akan menyebabkan bisnis mereka berkurang. Tapi, kubu lain mengatakan, berkurangnya bisnis itu akan tertutup oleh bisnis yang dihasilkan dari non-perokok yang semakin banyak keluar rumah.